Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - ASN | Narablog sejak 2010

Introvert, Millenial, Suka belajar hal-hal baru secara otodidak.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Remaja 90an, Ketika Gaya Hidup Menjadi Cermin Zaman

19 Agustus 2024   21:24 Diperbarui: 19 Agustus 2024   23:49 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pengunjung bernostalgia ke era 90an ini. (Foto: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Era 90-an telah berlalu lebih dari dua dekade, namun gaungnya masih terasa hingga kini. 

Fenomena "90s revival" yang mewabah belakangan ini bukan sekadar tren fashion semata, melainkan refleksi kerinduan akan masa lalu yang dianggap lebih sederhana dan autentik. 

Namun, benarkah demikian?Gaya hidup remaja 90-an memang memiliki keunikan tersendiri. Dari segi fashion, kita bisa melihat bagaimana celana jeans overalls, crop tops, dan sepatu platform menjadi ikon mode yang kembali populer saat ini[1]. 

Namun, di balik tren pakaian tersebut, tersimpan cerita tentang identitas dan ekspresi diri yang lebih dalam.

Penelitian tentang mode pakaian wanita di Surabaya tahun 1970-1990 menunjukkan bahwa gaya berpakaian menjadi penanda status sosial yang jelas[2]. 

Wanita kota cenderung lebih cepat mengadopsi tren terbaru, sementara wanita desa hanya bisa mengikuti pada momen-momen tertentu. Hal ini mencerminkan kesenjangan akses informasi dan ekonomi yang ada pada masa itu.

Lebih dari sekadar pakaian, gaya hidup remaja 90-an juga tercermin dari pola pergaulan dan konsumsi media. Majalah remaja dan acara televisi menjadi sumber utama informasi tentang tren terkini[3]. 

Berbeda dengan era digital saat ini, remaja 90-an harus menunggu edisi terbaru majalah favorit mereka untuk mengetahui apa yang sedang "in".

Ilustrasi gaya remaja tahun 90-an (Diolah dengan DallE)
Ilustrasi gaya remaja tahun 90-an (Diolah dengan DallE)

Menariknya, meski teknologi belum secanggih sekarang, interaksi sosial remaja 90-an justru lebih intens secara fisik. 

Nongkrong di mal atau warung kopi menjadi ritual wajib akhir pekan. Tidak ada smartphone yang mengalihkan perhatian, percakapan mengalir lebih natural dan mendalam.

Namun, apakah semua itu benar-benar lebih baik? Tentu saja tidak sesederhana itu. Keterbatasan akses informasi juga berarti wawasan yang lebih sempit. Isu-isu global seperti perubahan iklim atau kesetaraan gender belum menjadi perhatian utama remaja kala itu.

Di sisi lain, budaya konsumerisme mulai mengakar kuat. Merek-merek ternama menjadi simbol status yang diperebutkan. Remaja berlomba-lomba mengoleksi CD original atau sneakers limited edition, meski harus menabung berbulan-bulan.

Fenomena boy band dan girl band juga mewarnai lanskap musik 90-an. Westlife, Backstreet Boys, atau Spice Girls menjadi idola yang mempengaruhi gaya berpakaian hingga cara berbicara remaja. Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya pop global terhadap identitas lokal.

Melihat kembali era 90-an, kita bisa menarik pelajaran berharga. Di satu sisi, ada kerinduan akan kepolosan dan keaslian interaksi sosial. Namun di sisi lain, kita juga harus mengakui bahwa dunia telah berubah, dan perubahan itu tidak selalu buruk.

Generasi Z yang kini menghidupkan kembali tren 90-an sebenarnya sedang melakukan reinterpretasi. 

Mereka mengambil elemen-elemen yang dianggap menarik, namun tetap dalam konteks kekinian. Celana cargo mungkin kembali populer, tapi kini dipadukan dengan kesadaran akan fast fashion dan sustainability[4].

Nostalgia memang manis, tapi kita tidak bisa hidup di masa lalu. Alih-alih mengagungkan era 90-an sebagai "zaman keemasan", lebih baik kita mengambil pelajaran dari masa itu untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Gaya hidup remaja 90-an, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, adalah produk zamannya. Ia mencerminkan transisi Indonesia menuju era reformasi, dengan segala gejolak sosial-politiknya. Memahami konteks ini penting agar kita tidak terjebak dalam romantisasi yang berlebihan.

Pada akhirnya, setiap generasi akan memiliki nostalgianya sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa belajar dari masa lalu, sambil tetap melangkah maju dengan optimisme. Karena sejatinya, gaya hidup terbaik adalah yang autentik dan sesuai dengan zamannya.

Referensi:

  • [1] Batik Prabuseno. (n.d.). Trend fashion era 90-an. Retrieved from https:  //www.  batikprabuseno.  com/artikel/lifestyle/trend-fashion-era-90-an/
  • [2] Bobobox. (n.d.). Baju tahun 90-an. Retrieved from https:  //bobobox.  com/blog/baju-tahun-90-an/
  • [3] Rahmandika, S. A. (n.d.). Jurnal. Retrieved from https:  //repository.  unair.  ac.  id/87338/5/JURNAL%20RAHMANDIKA%20S%20A.  pdf
  • [4] Kompas. (2024, January 26). Reinkarnasi mode 90-an di tangan gen Z. Retrieved from https:  //www.  kompas.  id/baca/gaya-hidup/2024/01/26/reinkarnasi-mode-90-an-di-tangan-gen-z
  • [5] Liputan6. (n.d.). 8 gaya fashion era 90-an ini masih cocok dipakai sekarang. Retrieved from https:  //www.  liputan6.  com/citizen6/read/3899570/8-gaya-fashion-era-90-an-ini-masih-cocok-dipakai-sekarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun