Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dari Ketukan Tuts ke Sentuhan Layar, Kerja Kantoran Zaman Dulu

19 Agustus 2024   18:10 Diperbarui: 19 Agustus 2024   18:11 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya bekerja di era mesin tik? Suara ketukan tuts yang berirama, aroma tinta yang khas, dan sensasi menekan tombol-tombol besi yang keras. Kini, semua itu tinggal kenangan. Transisi dari mesin tik ke komputer bukan sekadar perubahan alat kerja, tapi revolusi yang mengubah cara kita bekerja, berpikir, dan berinteraksi.Bagi generasi yang lahir di era digital, mesin tik mungkin terdengar seperti artefak dari masa lalu. Namun, bagi mereka yang pernah menggunakannya, mesin tik adalah simbol profesionalisme dan keterampilan. Setiap kesalahan ketik berarti memulai dari awal atau menggunakan cairan penghapus yang merepotkan. Bandingkan dengan kemudahan menghapus dan mengedit di komputer saat ini.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa transisi teknologi ini telah membawa dampak signifikan terhadap produktivitas dan efisiensi kerja di Indonesia. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa teknologi telah meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksi, serta menciptakan produk dan jasa baru yang meningkatkan nilai tambah ekonomi[1]. Ini bukan sekadar peningkatan kecepatan, tapi transformasi menyeluruh dalam cara kita mengolah dan menyajikan informasi.

Bayangkan seorang pegawai negeri di tahun 80-an yang harus membuat laporan bulanan. Dengan mesin tik, proses ini bisa memakan waktu berhari-hari, belum lagi jika ada revisi. Kini, dengan komputer dan software pengolah kata, pekerjaan yang sama bisa diselesaikan dalam hitungan jam, dengan kualitas yang jauh lebih baik dan mudah direvisi.

Namun, perubahan ini bukan tanpa tantangan. Banyak pegawai senior yang awalnya kesulitan beradaptasi dengan teknologi baru. Ada cerita lucu tentang seorang pegawai yang mencoba "menghapus" kesalahan di layar komputer dengan menggunakan tipe-x! Tapi seiring waktu, bahkan mereka yang paling resisten pun mulai melihat manfaat dari teknologi baru ini.

Studi lain yang dilakukan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) memproyeksikan bahwa PDB Indonesia akan 11% lebih tinggi pada tahun 2040 sebagai hasil dari pertumbuhan produktivitas akibat perubahan teknologi[4]. Ini bukan angka yang kecil. Bayangkan potensi pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai jika seluruh sektor, baik pemerintah maupun swasta, mengoptimalkan penggunaan teknologi.

Tapi apakah semua ini berarti mesin tik sudah sepenuhnya usang? Tidak juga. Ada nostalgia dan keunikan tersendiri dalam penggunaan mesin tik yang masih dihargai oleh beberapa kalangan. Beberapa penulis terkenal, misalnya, masih memilih menggunakan mesin tik untuk karya-karya mereka, mengatakan bahwa ada "jiwa" dalam ketukan tuts yang tidak bisa digantikan oleh keyboard komputer.

Yang menarik, transisi teknologi ini juga telah mengubah dinamika sosial di tempat kerja. Dulu, kemampuan mengetik cepat dan akurat adalah keterampilan yang sangat dihargai. Kini, meskipun keterampilan mengetik masih penting, fokusnya telah bergeser ke kemampuan menggunakan berbagai software dan aplikasi. Ini telah menciptakan kesenjangan generasi di beberapa tempat kerja, di mana pegawai muda sering kali lebih mahir dalam teknologi dibandingkan senior mereka.

Namun, ada juga sisi gelap dari revolusi digital ini. Ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat menimbulkan masalah baru. Misalnya, keamanan data menjadi isu yang semakin krusial. Dulu, untuk mencuri dokumen penting, seseorang harus secara fisik masuk ke kantor dan membawa berkas. Kini, peretasan sistem dapat dilakukan dari jarak jauh.

Terlepas dari pro dan kontra, satu hal yang pasti: perubahan ini tidak bisa dihindari. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai[6]. Mereka yang dapat beradaptasi dengan cepat akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja yang semakin dinamis.

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari transisi mesin tik ke komputer ini? Pertama, bahwa perubahan adalah keniscayaan. Kedua, adaptabilitas adalah kunci keberhasilan di era digital. Dan yang terakhir, meskipun teknologi terus berkembang, nilai-nilai dasar seperti ketelitian, kreativitas, dan etika kerja tetap relevan, apakah Anda menggunakan mesin tik atau komputer tercanggih sekalipun.

Saat kita menatap masa depan, dengan perkembangan kecerdasan buatan dan teknologi yang semakin canggih, kita mungkin akan melihat perubahan yang bahkan lebih dramatis dari transisi mesin tik ke komputer. Tapi satu hal yang pasti, seperti halnya generasi sebelum kita yang berhasil beradaptasi dari mesin tik ke komputer, kita pun akan menemukan cara untuk berkembang dan berinovasi di era baru ini.

Jadi, saat Anda mengetik di keyboard komputer Anda hari ini, luangkan waktu sejenak untuk menghargai perjalanan panjang teknologi yang telah membawa kita ke titik ini. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, anak cucu kita akan memandang komputer kita saat ini sama seperti kita memandang mesin tik: sebagai peninggalan dari era yang telah berlalu, namun tetap memiliki pesona tersendiri.

Referensi:

  • [1] Abidan. (2023). Pengaruh Teknologi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia. Retrieved from https:  //publikasi.  abidan.  org/index.  php/benefit/article/download/341/278/1311
  • [2] Neliti. (n.d.). Penerapan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Efektivitas, Efisiensi dan Produktivitas. Retrieved from https:  //www.  neliti.  com/id/publications/244820/penerapan-teknologi-informasi-dalam-peningkatan-efektivitas-efisiensi-dan-produk
  • [3] Unpas. (n.d.). Skripsi BAB I-III (salsafirah). Retrieved from http:  //repository.  unpas.  ac.  id/60607/1/Skripsi%20BAB%20I-III%20%28salsafirah%29.  pdf
  • [4] CSIS. (n.d.). The Effect of New Technologies on the Indonesian Economy:  An Economy-Wide Assessment. Retrieved from https:  //csis.  or.  id/publication/the-effect-of-new-technologies-on-the-indonesian-economy-an-economy-wide-assessment/
  • [5] ResearchGate. (2022). The Effect of Technological Innovation on Employee Performance in Pandemic Era:  Case from Banking Industry in Indonesia. Retrieved from https:  //www.  researchgate.  net/publication/358440955_The_Effect_of_Technological_Innovation_on_Employee_Performance_in_Pandemic_Era_Case_from_Banking_Industry_in_Indonesia
  • [6] Wikipedia. (n.d.). Mesin tik. Retrieved from https:  //id.  wikipedia.  org/wiki/Mesin_tik
  • [7] STIA MAK. (n.d.). Menuju Sukses Transformasi Digital. Retrieved from http:  //repositori.  stiamak.  ac.  id/id/eprint/439/1/Menuju%20Sukses%20Transformasi%20Digital_ISI%20edi%20pri.  pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun