Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Media Sosial Mengubur Kebaikan: Menguak Bahaya Negativity Bias pada Remaja

11 Agustus 2024   22:52 Diperbarui: 11 Agustus 2024   22:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kecemasan pada remaja (Foto oleh Ike louie Natividad dari Pexels)

Di era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi remaja. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter menjadi ruang di mana remaja Indonesia tidak hanya berinteraksi dengan teman sebaya, tetapi juga mengekspos diri mereka terhadap berbagai konten yang terkadang memiliki dampak negatif.

Salah satu efek psikologis yang cukup mengkhawatirkan dari penggunaan media sosial yang berlebihan adalah peningkatan negativity bias atau kecenderungan untuk lebih fokus dan mengingat hal-hal negatif dibandingkan hal-hal positif.

Negativity Bias dan Dampaknya 

Negativity bias adalah fenomena psikologis yang mengacu pada kecenderungan manusia untuk lebih memperhatikan, merespons, dan mengingat pengalaman atau informasi negatif dibandingkan dengan yang positif.

Ini adalah respons evolusioner yang mungkin pada awalnya berfungsi untuk membantu manusia bertahan hidup dengan mengidentifikasi dan menghindari bahaya.

Namun, dalam konteks modern, terutama di kalangan remaja yang aktif di media sosial, bias ini bisa menjadi bumerang yang memperburuk kesejahteraan psikologis mereka.

Menurut studi yang dilakukan oleh Purboningsih et al. (2023), meskipun media sosial memberikan manfaat emosional, sosial, dan praktis bagi remaja Indonesia, ada risiko besar yang perlu diwaspadai. Remaja cenderung terpapar pada konten negatif yang dapat memperkuat bias negatif mereka.

Konten semacam ini dapat mempengaruhi cara mereka melihat diri sendiri dan dunia di sekitar mereka, seringkali mengarah pada peningkatan kecemasan, depresi, dan perilaku negatif lainnya.

Media Sosial: Pedang Bermata Dua 

Salah satu masalah utama dari penggunaan media sosial adalah bagaimana platform ini dirancang untuk menarik perhatian pengguna selama mungkin, seringkali dengan menampilkan konten yang bersifat provokatif atau emosional.

University of Manchester (2019) menyoroti bahwa eksposur berlebihan terhadap konten negatif di media sosial dapat memperburuk kondisi psikologis, terutama bagi remaja yang sudah rentan terhadap pengaruh eksternal.

Algoritma media sosial sering kali memprioritaskan konten yang memicu reaksi emosional kuat — baik itu kemarahan, ketakutan, atau kesedihan — karena konten semacam ini lebih mungkin untuk di-share dan dikomentari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun