Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - ASN | Narablog sejak 2010

Introvert, Millenial, Suka belajar hal-hal baru secara otodidak.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fenomena Fatherless adalah Bukti Gagalnya Sistem Keluarga dan Masyarakat Kita

5 Agustus 2024   15:39 Diperbarui: 5 Agustus 2024   15:48 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Apa yang akan terjadi pada anak-anak kita jika sosok ayah, yang seharusnya menjadi penuntun dan pelindung, menghilang dari kehidupan mereka? 

Fenomena fatherless ini bukan sekadar masalah individu, tetapi mencerminkan kegagalan sistem keluarga dan masyarakat dalam membentuk lingkungan yang mendukung perkembangan anak. 

- 

Bayangkan kehidupan seorang anak tanpa bayang-bayang ayah yang mendampingi. 

Ayah yang absen, baik karena tekanan pekerjaan, perpisahan, atau keengganan terlibat secara emosional, akan meninggalkan luka yang dalam. 

Mampu menciptakan kehampaan yang mengguncang jiwa seorang anak. 

Data menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa ayah lebih mungkin mengalami berbagai masalah. 

Menurut National Fatherhood Initiative, anak-anak dari rumah tanpa ayah hampir empat kali lebih mungkin hidup dalam kemiskinan. 

Anak-anak ini juga lebih mungkin terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan alkohol, serta lebih cenderung putus sekolah dan mengalami masalah kesehatan dan emosional. 

Sebuah studi dari Children's Bureau juga menemukan bahwa anak-anak yang merasa dekat dengan ayah mereka, dua kali lebih mungkin untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mendapatkan pekerjaan stabil setelah lulus sekolah menengah. 

Mereka juga 75% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kelahiran remaja, 80% lebih kecil kemungkinannya untuk menghabiskan waktu di penjara, dan setengah lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala depresi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun