Pada waktu yang bersamaan posisi tim terpantau dengan GPS. Ibu dari Roby terus menghubungi manajer ekspedisi tiap satu jam menanyakan bagaimana kondisi mereka apakah sudah sampai apa belum? Serta bercerita kalau merindukan anaknya dan beberapa kali bermimpi tentang dia. Tidak pernah putus ucapan doa dengan air mata seorang ibu yang rindu buah hatinya.
Akhirnya dengan kesabaran, kegigihan, ketabahan dan harapan pada pukul 14.05 (23.05 waktu Alaska) tim menginjakkan puncak berteriak melepas rasa lelah dan penuh syukur terhadap kebesaran Tuhan "VIVA WANALA, AIRLANGGA, INDONESIA, BERJUANG TABAH SAMPAI AKHIR" sahut Roby dan Yasak saling berhadapan. Selama 39 menit mereka habiskan waktu dipuncak dengan mengibarkan bendera Merah Putih, Universitas Airlangga dan WANALA, serta bendera PT. PP Properti (Tbk) dan PT. Pegadaian Persero sebagai ucapan terimakasih kami telah mendukung ekspedisi ini.
Sesaat setelah summit dan mengambil dokumentasi untuk mengabadikan momen secukupnya ternyata keadaan semakin memburuk dimana Roby mengalami sesak nafas sedangkan wajah dan hidungnya tampak menghitam. Demikian juga dengan Yasak jari -- jemarinya sudah mati rasa, bagian hidung wajah serta pipinya juga menghitam.Â
Mereka segera melakukan perjalanan turun ke kamp 5 dengan memaksakan diri agar segera sampai pada titik untuk mendapatkan pertolongan tepatnya pada pukul 14.44 (23.44 Waktu Alaska). Perjalanan menuju kamp 5 menghabiskan waktu 4 jam, dengan rasa lunglai, lapar, tenaga yang sudah terkuras habis. "Dalam catatan perjalanan summit dari kamp 5 menuju puncak dan kembali ke kammp 5 standartnya 8 hingga 13 jam, namun tim menghabiskan waktu 16 jam, hal ini cukup lama" terang Roby yang telah mengibarkan merah putih.
Mata Faish mulai berkaca-kaca melihaat kondisi kedua rekannya, tidak hanya rekan, namun sudah dianggap sebagai keluarganya. Dengan sigap Faish menyalakan api dengan nyala yang cukup besar, mengambil gergaji es, dan segera memotong es balok di bawah tenda kerucut yang digunakan untuk memasak, dengan keadaan menggigil dan mata berkaca, nafas yang langsung membeku dengan uap air yang putih. Dalam waktu 15 -- 20 menit es itu mencair, Faish mengambil handuk dan memasukkan handuk itu pada air mendidih. Air itu mendidih namun karena suhu yang sudah minus tak terasa panasnya air itu, segera ia kompreskan pada jari Roby dan Yasak.
Malamnya Roby dan Yasak sempat berkomunikasi dengan Wahyu Nur Wahid selaku manajer Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) yang ada di Surabaya. 5 menit komunikasi yang terjadi, namun mendengar kabar mereka, tim di Surabaya langsung sujud syukur tak terkira dengan air mata yang sudah tidak bisa terbendung. Di ruang sekretariat WANALA Kampus C Universitas Airlangga di Surabaya, para anggota berkumpul pada ruangan kecil 3,5 meter x 5 meter itu, memanjatkan istighosah, Surah Yasin dan doa supaya tim dapat kembali dengan selamat.
16 Juni 2017 Waktu Indonesia tim bergerak menuju kamp 4, komunikasinya tim akan langsung turun menuju kamp 3 pada ketinggian 11.200 kaki atau 3.413 kaki. Namun berdasarkan pengamatan GPS (Global Positioning System), tim AIDeX berada di kamp 4. Yasak dan Roby menuju pos kesehatan yang disediakan oleh National Park Services (NPS), hasil pemeriksaan kata tim medis bahwa mereka berdua harus segera di evakuasi, karena frostbitenya sudah cukup parah. Sekedar informasi, pada penderita Frostbite akan mengalami gejala kulit dingin, terasa seperti menusuk-nusuk, sensasi kesemutan, mati rasa dan kulit kemerahan atau kehitaman serta memiliki potensi yang serius dan butuh beberapa minggu untuk pulih, dimana penderita dapat kehilangan kulit, jari, kaki, serta cacat.
Pada 17 Juni 2017 pada pukul 11.01 WIB Yasak dan Roby dievakuasi menggunakan heli menuju Basecamp terlebih dahulu dan dilanjutkan menuju Talkeetna (kota terdekat dari Denali National Park). Di Talkeetna mereka langsung disambut dengan ambulans dan dilarikan ke Rumah Sakit. Namun hari sudah berganti, dokter tidak ada ditempat, hanya bidan yang tersedia dan menyarankan untuk selalu menghangatkan jari jangan sampai merasa kedinginan dan tidak lupa untuk terus membersihkan. Akhirnnya tim kembali ke penginapan dan disuruh untuk ke Rumah Sakit pada hari senin esok.
Pada waktu yang sama terdengar kabar bahwa terdapat tim yang mengirimkan sinyal SOS kepada Dinas Taman Nasional pada pukul 1 pagi waktu Alaska dari tiga orang yang berada di kamp 5 (17.200 kaki). Satu orang dari rombongan yang akan turun tersebut roboh karena penyakit yang tidak diketahui. Dua relawan pendaki gunung NPS yang berada di kamp 5 tersebut langsung menuju ke tempat kejadian, namun yang sakit itu tidak sadarkan diri dan telah meninggal.
Pada waktu berbuka tepatnya pukul 17.56 WIB, Roby mengabari tim yang berada di Surabaya bahwa menceritakan kronologi diatas dengan detail dan selang beberapa waktu Yasak mengirimkan foto pengibaran bendera Merah Putih dan Almamater pada grup AIDeX, tersontak para anggota yang membaca membalas chat tersebut dengan bangga, haru, penuh kebanggaan dengan mereka. Namun beberapa menit kemudian ada foto masuk yang tergambar dengan jelas jari jemari yang hitam kelam, membuat hati ini teririrs syahdu meneteskan air mata. Maulida Rahma Fitria satu -- satunya perempuan di tim AIDeX ini sudah tidak dapat berkata apapun.