Mohon tunggu...
Aidatul Adawiyah
Aidatul Adawiyah Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

Berbagi untuk sesama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nenek Sebagai Figur Pengganti Ibu

5 Oktober 2021   00:23 Diperbarui: 5 Oktober 2021   00:26 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena ini kerap kita temui, biasanya orang tua tidak segan menitipkan anak mereka kepada kakek nenek. Alasan yang paling umum yaitu pasti orang tua sedang bekerja di luar kota atau bahkan ke luar negeri. Tinggal bersama kakek nenek memiliki aspek kelekatan yang beragam ada yang aman dan ada yang tidak, pengasuhan yang baik dan tidak, serta dampak positif dan negatif yang dirasa oleh anak.

Pengasuhan yang diterapkan para nenek pasti berbeda-beda pada setiap anak. Ada nenek yang menerapkan pola asuh yang ketat, ada nenek yang memanjakan, ada nenek yang menerapkan pola asuh yang tegas, ada nenek yang menerapkan pola asuh yang tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Berbagai macam pola asuh yang diterapkan oleh nenek sangat memberikan pengaruh pada anak

Situasi seperti juga dialami oleh penulis, yang diasuh oleh kakek dan nenek sejak kecil sampai sekarang. Tetapi saya bersyukur sebab kehidupan saya tetap dalam pola asuh yang positif. Sebab banyak di luar sana  anak-anak yang menjadi korban broken home karena tidak cocoknya pola asuh figure pengganti dengan yang dia inginkan. Dan kelekatan yang saya rasakan cenderung ke rasa aman, sebab figure pengganti selalu ada ketika saya membutuhkan mereka walaupun mereka menggunakan pola asuh yang tegas.

Mengasuh dan membesarkan cucu bagi nenek tentu tidak mudah, mengasuh cucu bahkan dapat meningkatkan gejala depresi pada nenek dan kakek (Minkler et al., 1997), maka sangat disarankan untuk memberi dukungan kepada nenek dan kakek yang mengasuh cucu mereka dan tak lupa tetap mengedepankan nilai-nilai positif seperti agama, kepercayaan dan kebudayaan sebagai bekal anak agar memiliki karakter yang kuat, sopan santun, dan sikap baik lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun