Mohon tunggu...
Aida Syafaatu Zahra
Aida Syafaatu Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penafsiran Makna Busana Tokoh Gareng dan Petruk pada Ilustrasi dalam Naskah Kuno "Rembagipun Gareng Lan Petruk Ing Tata Krama II"

10 Juni 2024   14:23 Diperbarui: 10 Juni 2024   14:36 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Wayang Gareng Sumber: memorandum.disway.id

Gambar Wayang Petruk | Sumber: kompas.id
Gambar Wayang Petruk | Sumber: kompas.id

Dalam cerita pewayangan, tokoh Gareng dan Petruk yang merupakan bagian dari Punokawan (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong) mereka digambarkan menjadi seorang abdi dari raja atau bangsawan. Dimana hal tersebut juga dapat dicermati dari pakaian/busana yang digambarkan melekat pada mereka. Seorang abdi/pengawal raja yang berpakaian sederhana tanpa banyak pernak-pernik yang menempel padanya. Namun sangat jauh berbeda dengan penggambaran yang ada dalam naskah kuno "Rembagipun Gareng Lan Petruk Ing Tata Krama II". Dalam ilustrasi naskah tersebut tokoh Gareng dan Petruk digambarkan tidak seperti seorang abdi raja. Justru mereka digambarkan seperti halnya seorang raja/bangsawan itu sendiri namun dengan kultur berbusana yang berbeda dalam kedua ilustrasinya.

Ilustrasi Gareng dan Petruk digambarkan menggunakan busana yang berbeda antara ilustrasi I dan ilustrasi II. Busana yang digunakan dalam ilustrasi I adalah jas formal dengan warna cerah yang digambarkan pada kedua tokoh. Warna cerah dapat menarik perhatian pemirsa naskah dengan cepat. Sehingga dapat memungkinkan muncul pertanyaan, "Mengapa wayang memakai jas formal?", padahal dalam bentuk wayang yang asli busana yang dipakai berbeda seperti tanpa menggunakan pakaian tertutup dengan lambang seperti motif batik.

Berikut adalah ilustrasi I dalam naskah kuno ini.

Sumber: khastara.perpusnas.go.id
Sumber: khastara.perpusnas.go.id

Jas berasal dari bahasa Belanda yang berarti mantel. Jas merupakan pakaian resmi model Eropa. Memiliki lengan yang panjang dan digunakan sebagai luaran dari kemeja. Pada umumnya, penggunaan jas dipadukan dengan celana panjang formal. Biasanya juga dilengkapi dengan sepatu dengan jenis pantofel. Seperti yang digambarkan dalam ilustrasi I.

Sumber: khastara.perpusnas.go.id
Sumber: khastara.perpusnas.go.id

Ilustrasi diatas adalah ilustrasi II yang berada di naskah kuno ini. Pada ilustrasi II, tokoh yang digambarkan masih sama, yaitu Gareng dan Petruk yang menggunakan busana adat Jawa. Berbeda dengan jas, busana adat Jawa adalah pakaian tradisional dari suku Jawa yang digunakan turun temurun sudah sejak zaman dahulu. Busana adat Jawa dulunya hanya digunakan oleh golongan bangsawan Jawa seperti priyayi di keraton, namun hingga saat ini busana adat Jawa dapat digunakan oleh masyarakat khususnya di Jawa sebagai identitas dari masyarakat Jawa. Di zaman modern saat ini pemakaian busana adat Jawa sering ditemui di waktu-waktu tertentu. Sering kali busana adat jawa digunakan sebagai busana pengantin yang menggunakan adat jawa dalam prosesi pernikahannya. Dalam kegiatan-kegiatan tertentu juga sering diadakan khususnya oleh masyarakat di Jawa seperti upacara-upacara tradisional, juga tidak menutup kemungkinan dikenakan saat memperingati hari tertentu.

Apabila dibandingkan antara ilustrasi I dan ilustrasi II, busana yang dikenakan oleh kedua tokoh wayang sangatlah berbeda. Hal tersebut menjadi sebuah pertanyaan yang timbul. Mengapa dalam ilustrasi I tokoh wayang menggunakan pakaian formal modern Eropa berwujud jas sedangkan di ilustrasi II menggunakan busana adat Jawa?. Dalam ilustrasi I, busana yang dikenakan dapat dipengaruhi oleh zaman pada saat penulis membuat naskah tersebut. Dimana pada tahun penulis membuat naskah tersebut, negara Indonesia sedang mengalami penjajahan oleh bangsa Belanda. Tidak dapat dipungkiri karena terjadinya hal tersebut, akan menimbulkan banyak percampuran budaya atau akulturasi yang salah satunya terdapat di busana. Ilustrasi II sendiri lebih menggambarkan keaslian dari busana pada zaman tersebut. Dimana pada zaman tersebut masyarakat di Indonesia khususnya suku Jawa menggunakan busana adat Jawa sebagai pakaian sehari-hari.

Ilustrasi-ilustrasi tersebut mengandung suatu makna dari penciptaannya. Dapat ditafsirkan bahwa sang penulis naskah ingin menampilkan contoh cara berpakaian yang tentunya berkaitan dengan tata krama. Setelan pakaian formal jas lengkap melambangkan sebuah kewibawaan yang tinggi, serta derajat penggunanya yang berasal dari kalangan atas atau borjuis. Sedangkan busana adat Jawa memiliki lambang sebagai identitas dari masyarakat Jawa yang rendah hati dan sederhana.

Unsur benda yang ada digambarkan dalam ilustrasi tersebut juga menjadi properti pendukung tersampaikannya makna kondisi pada zaman itu. Pada ilustrasi I terdapat banyak benda seperti meja, taplak, pipet rokok, serta kursi selain barang yang dikenakan oleh tokohnya. Berbeda dengan ilustrasi II yang memiliki lebih sedikit unsur benda dalam ilustrasi tersebut diantaranya kursi panjang, tongkat serta topi yang hanya dipegang tidak dikenakan. Pewarnaan yang digunakan dalam naskah tersebut cenderung monokrom. Hanya menggunakan warna putih sebagai dasar dan corak hitam sebagai motif dari gambar sehingga akan tampak monoton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun