Ya!! Satu lagi serial web Indonesia yang membuat saya kagum sampai lebih dari 100%. Yang Hilang Dalam Cinta, silakan mencari tahu sendiri untuk detilnya, disini saya hanya akan mengutarakan pendapat saya setelah menonton serial ini.Â
Sebelum menonton film ini: Jelas saya sudah menaruh ekspetasi tinggi karena pemainnya yang bukan "kaleng-kaleng" masing-masing pemainnya memiliki riwayat film yang fantastis, memang pemilihan aktor/aktris dalam film sangat mempengaruhi minat penikmat dalam memilih tontonan. Saya tidak perlu melihat teasernya atau marketing promosinya karena dengan melihat 3 pemain yakni: Dion Wiyoko, Reza Rahadian dan Sheila Dara saja sudah membuat saya memilih film ini untuk segera ditonton. Dengan memilih mereka, jelas cerita yang akan ditayangkan, bukan sembarangan.Â
Saya yakin mereka menyetujui memerankan peran dalam sebuah film itu memakai filter masing-masing dan standar dari cerita mereka itu tinggi. Saya yakin mereka tidak akan mau, jika ceritanya tidak memiliki makna yang baik. Jadi, tanpa basa-basi saya yakin cerita ini bagus.Â
Setelah menonton: Melebihi ekspetasi, memang ini fiksi dari sisi cerita yang ditampilkan, tapi dari pesan moral semuanya nyata adanya. Sering terjadi di sekitar kita bahkan dialami berkali-kali oleh banyak orang. Cinta yang berlebih, kadang menggelapkan pikiran dan logika. Cinta yang tidak wajar, menenggelamkan jati diri dan melupakan tujuan hidup. Itulah kenapa, cinta menurut saya memiliki dua mata pisau, bisa saja membuat hidup lebih baik atau menghancurkan hidup.Â
Tidak heran banyak yang memilih tidak terjun dalam dunia percintaan, fokus pada karir bahkan sampai akhir hidupnya. Karena, pilihannya. Pilihan untuk tidak menerima resiko yang terburuk dari percintaan. Karena memang, mencintai itu luas adanya, yang sempit itu jika berlebihan.Â
Disini, saya menangkap makna utama bahwa sebelum mencintai jiwa yang lain, kita harus mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Ketika kita bisa mencintai diri sendiri dengan benar, kita tidak akan terjerumus mencintai orang lain dengan salah bukan?
Kita seringkali salah menafsirkan perasaan, dengan alibi "yang terbaik" tapi ternyata kadang itu menjerat dan menyiksa. Semua kendali ada pada diri sendiri, maka dari itu kenali diri sendiri melebihi siapapun.Â
Pada akhirnya, yang salah bukan orang lain, segala keburukan yang terjadi pada kita pasti datang dari diri sendiri. Jika saja, Dara tetap percaya diri akan hidupnya, mungkin Ia juga tidak akan mengikuti semua aturan dan perkataan dari Rendra.Â
Jika saja, Satria memiliki kendali akan perasaan yang tidak berlebihan terhadap Dara, ia tidak perlu menghadapi situasi yang pelik dalam drama ini. Tapi, tidak ada yang terlambat, dari Satria juga kita belajar, semua bisa diperjuangkan karena hidup ini antara gagal dan berhasil kan? Satria hanya melangkah maju dengan siap menerima segala kemungkinan.Â
Yang mahal, bukan hidup berjalan mulus tanpa lubang. Justru hidup penuh lubang, tapi pada akhirnya kita menjadi pemilih jalan yang lihai untuk tidak jatuh ke lubang yang sama. Itu kenapa, sederhananya pengalaman adalah segalanya. Tapi yang ironi, adalah ketika kita menghadapi lubang yang sama dan terjatuh lagi, seperti Dara. Jelas itu adalah masalah besar yang ada pada diri sendiri, yang harus diperbaiki oleh diri sendiri juga. Dara tersadar setelah berkali-kali jatuh, beruntung Ia diuji sampai bisa selamat, tapi sayangnya tidak semua memiliki kesempatan kedua. Tidak semuanya bisa bangkit setelah "bodoh" untuk kesekian kalinya.Â
Maka, jika bisa "bodoh"-lah hanya sekali, karena jika kita selamat, belum tentu setelahnya sama. "Bodoh"-lah hanya sekali untuk kesalahan yang sama, jika-pun harus terulang, taruhlah kebodohanmu di tempat lain, di kesalahan yang lain sehingga banyak pelajaran yang didapatkan untuk memperbaiki jalan selanjutnya.Â
Mencintai sewajarnya itu bukan berarti kita tidak percaya diri, kita hanya memberi ruang untuk kemungkinan terburuk. Semisal, mencintai dengan penuh sesak segala hal yang ada di dunia ini yang sifatnya gambling, tidak pernah tahu hasil akhirnya. Ternyata setelah sukses memberikan penuh cinta, hal itu dihilangkan tanpa ancang-acang, peluang hancur berkeping-keping pasti sudah 100% adanya. Namun, jika memiliki pengendalian akan perasaan terhadap sesuatu, kita menaruh sebagian ruang untuk hal yang buruk, tentu kita bangkit lebih cepat, karena hidup kita berjalan terus.Â
Begitupun terhadap apa yang kita miliki sekarang, serial ini juga mengajarkan untuk secukupnya saja. Ambisi untuk meraih sesuatu itu penting, tapi ketika kita mendapatkannya, secukupnya saja agar tidak jatuh sakit saat lepas. Paham kan? Ini bagian paling sulit, ibaratnya saat kamu menatap dalam suami atau istrimu dalam suatu malam, lalu kamu harus berpikir esok hari Ia akan pergi selamanya, kamu memilih untuk skip perasaan dan bayangan itu, kamu denial, kamu menganggap hal itu yang tidak akan pernah terjadi. Padahal hal itu adalah kepastian, semua manusia akan pergi di masing-masing waktu. Kehilangan akan begitu menghancurkan saat kita tidak mempersiapkan ruang "ikhlas" sedari dini.
Tapi banyak pula, orang-orang hebat yang begitu mencintai kehilangan itu sendiri. Ia memupuk ruang itu dari awal setiap harinya walau sedikit, sehingga saat kejadian itu menimpanya, Ia bisa bangkit bahkan menguatkan orang lain. Hal ini bukan aspek percintaan saja, berlaku juga untuk segala bidang. Dari tulisan ini, pupuklah walau sepercik, ruang untuk kehilangan, ruang untuk kegagalan, ruang untuk kesendirian agar saat terjadi padamu, tidak akan lama-lama untuk terus terpuruk.Â
Terima kasih dan jangan lupa untuk saksikan serial webnya pada platform yang resmi ya!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H