Mohon tunggu...
aida rahmah
aida rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya adalah seorang yang suka membaca novel dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Book

Almond: Menelusuri Lautan Emosi dalam Ketidakmampuan

24 Oktober 2024   16:45 Diperbarui: 24 Oktober 2024   16:45 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Oleh : Aida Rahmah Fauziati

Judul Novel : Almond

Penulis : Sohn Won-Pyung

Penerbit : Grasindo

Waktu terbit : April 2019

Halaman : 236

     "Almond" adalah novel yang ditulis oleh Sohn Won-pyung, menggambarkan perjalanan emosional seorang remaja bernama Yunjae. Sejak lahir, Yunjae memiliki kondisi neurologis yang membuatnya tidak mampu merasakan emosi, baik itu kegembiraan, kesedihan, ataupun kemarahan. Dalam novel ini, pembaca diajak untuk menyelami kehidupan Yunjae yang penuh tantangan saat ia berusaha menemukan makna dalam hidup di dunia yang penuh dengan perasaan, sementara ia terjebak dalam kehampaan emosional. 

Kisah ini dimulai dengan latar belakang keluarga Yunjae yang menghadapi stigma sosial karena kondisi anaknya. Ketika sebuah tragedi menghancurkan hidupnya, Yunjae dipaksa untuk berinteraksi lebih banyak dengan dunia luar, termasuk sahabat-sahabatnya dan seorang guru yang berperan penting dalam proses penemuan jati dirinya. Melalui pengalaman dan pertemuannya, ia mulai memahami apa itu kasih sayang, persahabatan, dan nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini terlewatkan.

     Sohn Won-pyung menulis "Almond" dengan gaya yang puitis dan menyentuh. Deskripsi yang detail tentang pikiran dan perasaan Yunjae memberi pembaca wawasan yang mendalam tentang apa yang dirasakannya, meski ia tidak mampu merasakan emosi secara langsung. Eksplorasi batin Yunjae yang dilakukan penulis begitu mendalam, sehingga pembaca seakan-akan turut mengalami apa yang dirasakannya.

 Kehadiran karakter-karakter pendukung yang beragam memperkaya plot cerita dan perkembangan karakter Yunjae. Karakter-karakter ini tidak hanya berfungsi untuk mendorong alur cerita, tetapi juga sebagai cermin dari berbagai sisi emosi. Teman-teman Yunjae, seperti anak perempuan bernama "Soo-jin," memperlihatkan bagaimana orang-orang di sekitarnya merespons kondisinya. Melalui interaksi ini, pembaca dapat melihat betapa pentingnya empati dan dukungan sosial dalam menghadapi kesulitan.

    Latar belakang setting juga menjadi elemen yang kuat dalam novel ini. Dari sekolah yang menjadi tempat belajar dan bersosialisasi, hingga suasana rumah yang sering kali menjadi tempat ketegangan, semua setting berkontribusi pada pengembangan karakter dan tema. Laut dan alam menjadi simbol dari harapan dan kebebasan, memberikan kontras yang tajam dengan kehidupan Yunjae yang terkurung dalam kondisi mentalnya.

Meskipun "Almond" menyajikan kisah yang penuh makna, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa aspek yang masih dapat diperbaiki untuk mencapai keidealan. Salah satu aspek yang dapat diperbaiki adalah ritme alur cerita. Beberapa bagian terasa lambat, terutama pada saat-saat di mana Yunjae merenungkan kehidupannya. Pembaca mungkin merasa bosan saat menghadapi deskripsi yang panjang tanpa adanya perkembangan yang signifikan dalam plot.

     Selain itu, beberapa dialog antar karakter terkadang terasa repetitif. Ada kalanya interaksi terasa tidak menggerakkan cerita, sehingga dapat membuat pembaca merasa terjebak dalam siklus yang sama. Meskipun ada kelemahan dalam aspek ini, keseluruhan narasi tetap berhasil menciptakan keterikatan emosional yang mendalam.

Kekuatan utama dari "Almond" terletak pada kemampuan Sohn Won-pyung dalam menyampaikan pesan yang kompleks dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami. Gaya penulisannya yang mendalam dan reflektif mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari emosi. Melalui perjalanan Yunjae, kita diingatkan bahwa setiap orang, terlepas dari kondisi mereka, memiliki hak untuk memahami dan merasakan kehidupan dengan cara mereka sendiri.

     Penggunaan simbolisme kacang almond berhasil memperkaya makna dan kedalaman cerita. Simbol kacang almond tidak hanya berfungsi sebagai representasi dari kondisi neurologis Yunjae, tetapi juga sebagai metafora yang menggugah pemikiran tentang kesepian, keterasingan, dan pencarian makna dalam hidup. Ketidakmampuan Yunjae untuk merasakan sensasi mengunyah kacang almond menjadi titik sentral, menciptakan sebuah kesatuan yang kohesif dan membekas di benak pembaca. Melalui simbolisme yang ini, penulis berhasil mengangkat sebuah isu universal yang relevan dengan pengalaman manusia.

Melalui pengembangan karakter dan plot yang mendalam, Sohn Won-pyung seakan mengajak pembaca untuk merenung lebih dalam tentang makna empati dan pentingnya keterhubungan antarmanusia. Novel ini menyadarkan kita bahwa setiap orang memiliki cara unik untuk menjalani kehidupan di dunia, dan bahwa empati adalah kunci untuk membangun masyarakat yang lebih adil. Melalui kisah Yunjae, kita diajak untuk merayakan keragaman manusia dan menghargai setiap individu, terlepas dari kekurangan atau kelebihannya. Dengan menggambarkan dunia dari perspektif seseorang yang tidak dapat merasakan emosi, penulis mendorong pembaca untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain dan menyadari bahwa ada banyak cara untuk merasakan dan mengekspresikan cinta dan persahabatan.

Dugaan bahwa penulis ingin menyoroti pentingnya empati semakin diperkuat oleh perjalanan yang dialami Yunjae. Meskipun awalnya terasingkan dan kesulitan memahami emosi orang lain, Yunjae secara perlahan mampu menemukan cara unik untuk menjalin hubungan yang berarti. Melalui pengalaman-pengalaman yang tak terduga, ia belajar bahwa kasih sayang dapat hadir dalam berbagai bentuk dan ekspresi. Kisah Yunjae menjadi bukti bahwa keterbatasan tidak selalu menjadi penghalang dalam membangun hubungan dengan orang lain. Sebaliknya, hambatan justru dapat menjadi pendorong untuk menemukan bentuk-bentuk kasih sayang yang lebih autentik dan bermakna.

     "Almond" adalah novel yang kuat dan menyentuh, menawarkan perspektif unik tentang kehidupan dari sudut pandang seseorang yang terasing dari emosi. Dengan narasi yang mendalam, karakter yang kompleks, dan tema yang relevan, karya ini layak dibaca bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang kompleksitas manusia dan hubungan antarsesama. Sohn Won-pyung berhasil menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik, mendorong pembaca untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui "Almond," kita diajak untuk mengingat bahwa di balik setiap cerita, terdapat emosi dan pengalaman yang layak untuk dipahami dan dihargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun