Mohon tunggu...
Aida Radar
Aida Radar Mohon Tunggu... -

I'm a lifelong learner from Kota Tidore Kepulauan. Finished my bachelor at Muhammadiyah University of Makassar, focused on English Education. Currently a student of master program in Sekolah Pascasarjana UPI.\r\n\r\nI like reading and make me love writing then. For reading my older writings, just visit www.aidarahmanbadar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Orang-orang yang Pulang dan Pergi

22 Februari 2015   04:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I

“Pergilah, Nak. Pergilah merantau.

Pergilah Mencari Ilmu.

Pergilah menemukan hikmah-hikmah.

Pergilah menembus batas dunia.”

Anak-anak baru beranjak

Matahari tepat di atas ubun-ubun

Di kampung kami tiap angka-angka bergeser

Speedboat rajin membelah lautan

Padahal bulan masih bulat penuh

Adik-adik, bibi-bibi, paman-paman,

kakek-nenek, kakak-kakak, teman-teman

Meninggalkan saputangan basah di dermaga

“Bawalah kembali dengan tanganmu sendiri, Nak.

Saputangan yang sudah kering.”

Ayahanda menyembunyikan mata

saat pesawat terbang telah tiba

Dan Ibunda, sebagaimana biasa pemilik hati lainnya,

menyematkan kasih di pundak anakda.

II

“Engkau pergi, Nak? Semoga perjalananmu lancar

hingga ke tempat tujuan.”

Di kampung kami saat orang-orang pergi

Dua wajah bertandang ke rumah

Satu merautkan bintang-bintang

Satu airmuka adalah awan kala hujan

Doa-doa lalu diterbangkan ke langit

Semoga sehat selalu, semoga kembali dalam cerah

Semoga dimudahkan langkahnya,

semoga diterima di sisi-Nya

III

Di kampung kami orang-orang pergi

Pagi-pagi, siang, sore, dan malam hari

Satu orang-orang saat angka-angka bertukaran

Mereka kembali mencium tangan-tangan keluarga

Sebagian di dalam, sebagian di luarrumah

IV

Ada pun yang telah pergi

Musim-musim berlalu. Dan kami tak pernah lagi

Melihat senyum dan tawa mereka

Lalu anak-anak suka bertanya

Perihal wajah-wajah yang menghilang

“Mereka sudah pergi.”

“ Mereka sudah pulang.”

“Pergi ke mana? Pulang ke mana?”

“Bagaimana bisa pergi menjadi pulang?”

“Bagaimana bisa pulang menjadi pergi?”

“Yang mana yang benar?”

Orang-orang tua menahan napas

V

Sembari melafaz Al-Fatihah

Kita tentu telah tahu

Apa yang akan orang-orang tua katakan

selanjutnya

Pada anak-anak yang bertanya itu.

*

(Untuk mereka yang ditinggalkan dan

mereka yang ada dalam kenangan)

*

Aida Radar, Bandung,

November 20, 2014 ; 04 : 59 pm

*

Puisi ini dimuat di Harian Cakrawala Makassar

Sabtu, 21 Februari 2015


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun