Namun, seiring berjalannya waktu, kita menyadari bahwa kehadiran medsos juga memiliki dampak negatif. Misalnya, medsos sering digunakan sebagai alat untuk menyebarkan hoaks dan informasi palsu yang dapat memicu konflik dan ketidakpercayaan di masyarakat.Â
Selain itu, medsos juga rentan disalahgunakan untuk melakukan intimidasi dan penyebaran kebencian secara anonim.
Kemenangan Trump dalam Pilpres AS 2016 menimbulkan kekhawatiran bahwa teknologi dapat digunakan untuk memanipulasi opini publik dan mengancam integritas demokrasi.Â
Sejak itu kecemasan terhadap pengaruh teknologi dalam proses demokrasi semakin meningkat dan memunculkan pertanyaan tentang perlindungan data pribadi serta transparansi dalam kampanye politik.
Teknologi telah memberikan platform yang luas bagi penyebaran disinformasi politik, yang mempengaruhi persepsi publik dan proses demokrasi.Â
Oleh karena itu, tantangan utama saat ini adalah mengembangkan solusi yang efektif untuk mengatasi dampak negatif teknologi terhadap kualitas demokrasi.
Deepfake dapat digunakan untuk menciptakan video palsu yang membuat seseorang terlihat melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan atau katakan. Hal ini dapat mempengaruhi opini publik dan memicu konflik politik yang serius.Â
Oleh karena itu, perlindungan terhadap deepfake dan pengaturan yang ketat terhadap penggunaannya menjadi sangat penting dalam menjaga integritas kandidat atau partai politik.Â
Disinformasi politik yang disebarkan melalui teknologi digital telah menyebabkan penurunan kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga demokrasi dan proses politik.Â
Hal ini dapat menghambat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan politik yang berdampak negatif pada kualitas demokrasi.
Meskipun rekaman suara palsu tersebut dihapus oleh Twitter, hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi penyebaran deepfake yang dapat mempengaruhi hasil pemilihan.Â