Judul Buku: The ‘O’ Project.
Penulis: Firliana Purwanti.
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun Terbit: 2010
Halaman: x + 142
ISBN: 978-979-91-0234-8
🔞⚠️ Trigger warning: penjabaran eksplisit. By the way, review kali ini agak sensitif.
🎗️ Sedikit pengingat: jangan menabukan suatu hal yang perlu dipelajari, membaca atau membahas hal-hal semacam ini bukanlah kegiatan negatif selagi tujuannya untuk belajar atau memperkaya diri dengan ilmu. Perhatikan juga rating usia sebelum membaca.
Kalian tahu, ternyata tidak semua perempuan dapat mengalami orgasme. Menurut Kompas, 17 Juni 2019, “75 persen laki-laki selalu mencapai orgasme saat melakukan hubungan intim, sedangkan wanita yang dapat meraih kenikmatan puncak hanya 29 persen!” Mengapa, ya, jumlah perempuan yang mencapai orgasme lebih rendah daripada laki-laki? Kalau kalian mau tahu jawabannya, baca buku ini. Di dalamnya terdapat pendapat dan cerita-cerita nyata dari para perempuan tangguh yang berani mendobrak tabu dan dapat membantu banyak perempuan lain yang kehilangan harapan dan kepercayaan diri karena diperlakukan tidak adil secara seksual.
Di dalam buku ini ada sembilan pembahasan + prolog & epilog. Pembahasan pertama itu Clitoris Envy. Pada bab ini pembaca akan disajikan dengan pandangan pro dan kontra terkait sunat bagi perempuan. Ada yang bilang wajib, katanya belum Islam kalau belum sunat, nah ada juga yang bilang kalau itu tidak wajib, justru malah merugikan perempuan. Terus ada singgungan terkait kecemburuan mereka yang tidak memiliki klitoris terhadap mereka yang memilikinya juga.
Pembahasan kedua adalah Virginity is Overrated. Di dalam bab ini terdapat pembahasan terkait (katanya) harga perempuan itu ada pada sebuah keperawanan dan harga sebuah keperawanan itu darah. Kalian, perempuan-perempuan yang belum menikah, pernah takut, tidak, sih, dituduh tidak perawan karena virginity is overrated tersebut? Perempuan diberikan standar seperti itu, tapi kalian pernah dengar standar untuk laki-laki (terkait keperjakaan), tidak? Hmm … rasanya tidak adil, ya. Nah di dalam bab ini ada kasus perempuan ditalak karena tidak mengeluarkan darah di malam pertama. Berikut saya tampilkan sedikit penjelasan dalam buku.
Di dalam bab ini juga ada pembahasan terkait dia yang memilih menjaga keperawanan hanya untuk pasangan yang akan dinikahinya dan ada pula dia yang memilih seks pranikah. Intinya, bab ini tuh mau menyampaikan kepada para perempuan bahwa tidak perawan lagi bukan the end of the world.
Pembahasan ketiga adalah Orgasme Perempuan. Dalam bab ini dijelaskan bagaimana rasanya serta bagaimana mencapainya. Dalam bab ini juga ada informasi bahwa (ternyata) jumlah pekerja seks berumur di bawah 18 tahun itu lumayan banyak, ini menurut kajian cepat ILO melalui program IPEC. Menurut kajian cepat tersebut, Surabaya, tepatnya di Tambak Asri, merupakan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, lalu ada Jalan Jarak yang masuk dalam lokasi prostitusi kelas dua, dan juga Dolly untuk kelas yang lebih mahal. Nuansanya sudah seperti red light district di Amsterdam, hihi.
Pembahasan keempat adalah Ayat-ayat Orgasme. Dalam bab ada singgungan terkait film Ayat-ayat Cinta, Aa Gym, dan Presiden SBY, yang mana lingkup masalahnya adalah tentang poligami. Dalam bab ini juga dijelaskan bahwa persetujuan akan poligami di negara kita (Indonesia) itu lebih banyak didominasi oleh laki-laki. Meski begitu tetap ada laki-laki yang membantah poligami, katanya, poligami itu merendahkan kaum laki-laki (terkait keperjakaan), seolah-olah mereka tidak bisa menahan diri. Hmm … kira-kira bagaimana pendapat kalian?
Pembahasan kelima adalah Sexercise. Dalam bab ini ada pembahasan terkait cara perempuan dengan ukuran lebih menikmati hubungannya dengan sang suami. Dapat disimpulkan bahwa dukungan pasangan dan rasa percaya dalam diri itu perlu, orgasme tidak perlu kurus kering seperti fotomodel. Mencintai tubuh sendiri adalah modal penting untuk percaya diri, sehingga saat berhubungan pikiran tidak lagi “terganggu” untuk mencapai orgasme.
Pembahasan keenam adalah Queer. Dalam bab ini dijelaskan bahwa seksualitas itu sangat beragam. Orientasi seksual tidak hanya heteroseks, tapi ada yang gay atau lesbian. Identitas gender tidak hanya feminim atau maskulin, tapi ada juga transgender. Jenis kelamin tidak selalu laki-laki dan perempuan. Ada juga yang namanya interseks. Segala macam bentuk seksualitas di luar heteronormativitas ini disebut queer.
Pembahasan ketujuh adalah Mr. Rabbit. Dalam bab ini terdapat pembahasan terkait alat yang bisa membantu pencapaian orgasme beserta apa yang perlu dilakukan. Untuk lebih jelasnya langsung baca saja, ya.
Pembahasan kedelapan adalah Safe Sex is Hot Sex! Dalam bab ini dijelaskan bahwa ada beberapa PMS atau Penyakit Menular Seksual selain HIV-AIDS yang acap kali kita dengar. Lalu ada pembahasan juga terkait bagaimana cara mereka yang mengidap PMS tersebut mencapai orgasme.
Pembahasan sembilan yang merupakan pembahasan terakhir adalah Civic Orgasm. Dalam bab ini ada singgungan terhadap regulasi pemerintah dan cara orangtua beserta guru mengajarkan pendidikan seks terhadap anak. Menurut apa yang dijelaskan dalam bab ini, negara kita (Indonesia) belum mencapai kata sempurna dalam pengajaran hal tersebut.
Buku ini berusaha menjelaskan kepada para perempuan bahwa mereka memiliki hak atas tubuh mereka sendiri. Dari segala jenis penjelasan, cerita, dan kesimpulan yang saya baca, menurut saya buku ini sangat bebas dan berani. Apa yang sudah saya jabarkan di atas hanya cuplikan dalam buku, bukan 100% pemikiran saya atau 100% saya setuju dengan pemikiran penulis. Untuk kalian yang suka dengan buku berbau feminisme, buku ini sangat menarik untuk dibaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H