Mohon tunggu...
Aida Adha Siregar
Aida Adha Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis adalah salah satu fokus pengembangan diri yang saya perdalam. Bertemu dengan teman-teman merupakan pengalaman terbaik yang saya dapatkan melalui Kompasiana ini. Laman artikel saya menceritakan berbagai topik menarik yang saya kemas semenyenangkan mungkin. Selamat datang teman-teman, salam kenal!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada Apa dengan Konten Indonesia?

3 Februari 2023   13:52 Diperbarui: 3 Februari 2023   13:56 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin tayangnya artikel ini beberapa fenomena yang akan kita bahas sudah memudar. Namun, mari tetap kita bahas sebagai bahan evaluasi. Ya, betul. Kali ini kita akan membahas tentang buruknya perkembangan konten di Indonesia. Pengguna media sosial akhir-akhir ini banyak memberikan konten yang dirasa sangat-sangat kurang mendidik generasi bangsa. Mari kita bahas satu persatu.

Berawal Dari TikTok (Mengemis Online)

Netizen beberapa waktu lalu dihebohkan dengan kasus eksploitasi manusia di salah satu platfrom. Yakni, TikTok. Meski tidak semua yang TikTok berikan ini buruk, namun memang akhir-akhir ini kenyataan berbanding terbalik. Ya, konten yang dihadirkan semakin tidak bermutu.

Salah satu konten yang dimaksud adalah fenomena mengemis online. Jadi, TikTok menyediakan fitur live. Nah, di sana para pengguna bisa melakukan live atau siaran langsung dan para penonton bisa memberikan 'gift' atau semacam feedback hadiah kepada orang yang sedang melakukan siaran langsung tersebut.

Kembali pada konten mengemis online, masyarakat dihebohkan dengan perilaku anak berusia dewasa yang menyuruh orang tuanya duduk di atas kolam lalu menyiramnya dengan air menggunakan gayung. Dengan caption, "100 guyuran 1 gift". Begitu kurang lebih.

Tentu hal ini bukan tindakan mengedukasi yang patut ditiru, justru sebaliknya. Melihat maraknya fenomena ini, masyarakat ramai-ramai melaporkan ke komisi terkait. 

Dengan itu, Menteri Sosial Republik Indonesia segera merespon laporan masyarakat ini yakni jika masih ada perkembangan lanjutan terkait konten tersebut, maka akan ditindaklanjuti dengan tegas. Oleh karenanya, masyarakat dihimbau dengan sangat untuk tidak meniru perilaku tersebut.

Dan terlepas dari kontoversi konten-konten semacam itu, pelaku tidak jera atau tidak segera menghentikan pembuatan konten tersebut. Justru malah sepertinya terpantik untuk melanjutkan. Mengingat pundi-pundi uang yang dihasilkan sepertinya lumayan besar. Teman-teman, mohon untuk tidak ditiru.

Bayi Minum Kopi

Baru-baru ini terjadi yakni konten seorang ibu yang tega memberikan minum seperti kopi kepada bayinya. Tindakan ini belum diketahui maksud jelasnya, akan tetapi jelas akan mengganggu bahkan merusak kesehatan fisik sang anak.

Di dalam salah konten TikTok itu, terlihat seorang ibu dengan tega memberikan kopi kemasan dengan kadar orang dewasa kepada sang bayi. Bukan hanya kopi, terlihat dalam beberapa konten lain yang ia upload, bayi tersebut juga diberikan makanan berat seperti ayam pedas.

Masyarakat melihat fenomena ini sebagai tindakan nyeleneh yang sangat-sangat tidak patut hadir dalam dunia digital khususnya di Indonesia. Perilaku ibu tersebut juga dinilai sebagai salah satu tindakan eksploitasi anak. Jika pemerintah memiliki peraturan tegas yakni salah satunya dengan mudah memberikan akses kepada masyarakat untuk melaporkan tindakan sang ibu, fenomena ini tidak akan terjadi dan berlangsung lama.

Fenomena ibu tersebut juga menunjukkan bahwa edukasi perenting di Indonesia masih sangat tabu. Banyak di luar sana, para ibu muda yang maaf---katakan hanya bersekolah sampai SMP, juga tidak memberikan nutrisi yang seharusnya kepada sang anak. Tentu hal ini harus menjadi perhatian bersama.

Dua konten utama tersebut yang sedang menjadi perbincangan hangat masyarakat beberapa waktu lalu. Sebenarnya masih banyak konten lain yang dapat menghadirkan pertanyaan, "Kok ada konten seperti ini?" di kepala saya. 

Namun sebagai gambaran menurunnya kualitas konten di Indonesia, hanya dua konten di atas yang dapat saya hadirkan. Semoga dengan ini, masyarakat dan pengguna berbagai platfrom semakin sadar, tentang pentingnya konten berkualitas yang harus dihadirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun