Artikel ini tayang berangkat dari fenomena yang benar-benar sedang terjadi di masyarakat. Rendahnya minat baca atau literasi masyarakat Indonesia memberikan banyak dampak pada kehidupan sehari-hari. Dampak tersebut tentu bukan dampak baik yang perlu dikembangkan, namun sebaliknya.
Fenomena ini cenderung terjadi di media sosial. Yang dewasa ini, kita semua tahu bahwa banyak sekali berita masuk di setiap hari bahkan detiknya. Masyarakat kini hanya membaca judul berita lalu dengan jentikan jari mampu memberikan pandangan tanpa membaca isi keseluruhan berita tersebut. Tentu hal ini sangat menggambarkan judul artikel kali ini. Masyarakat Indonesia sangat rendah dalam hal membaca.
Kembali melihat fenomena di lapangan, mari ambil salah satu contoh platfrom yang banyak mengeluarkan berita. Salah satunya, Instagram. Masyarakat kian beradu argumen tentang salah satu berita yang diangkat dalam platfrom tersebut. Sekali lagi, tanpa membaca isi seluruh keseluruhan. Tentu hal ini akan memancing keributan. Sungguh budaya yang sangat tidak baik.
Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan minat literasi rendah di asia. Rendahnya minat baca ini tentu dapat memengaruhi kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Dari kurangnya literasi, tentu akan menurunkan kualitas SDM tadi. Sedangkan Indonesia sangat membutuhkan kualitas SDM tinggi untuk menjadi negara maju agar dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Pentingnya Penanaman Kemampuan Literasi di Sekolah
Untuk mengatasi hal berulang di atas, yakni kurangnya kemampuan dan minat literasi masyarakat, penulis memberikan salah satu alternatif untuk mengembangkan kemampuan literasi ini di masyarakat. Salah satunya sekolah-sekolah di Indonesia harus dengan segera menanamkan budaya literasi ini pada anak. Karena mengingat daya tangkap anak sedang melesat pada usia tersebut, penerapan pengembangan literasi ini dirasa cocok untuk diterapkan.
Seperti di kebanyakan sekolah di luar negeri, penerapan kebiasaan budaya literasi ini memang seharusnya ditanam sedini mungkin. Agar anak memiliki kebiasaan baik hingga ia tumbuh dewasa. Agar fenomena-fenomena di atas tidak terulang *(fenomena masyarakat Indonesia berkomentar/memberikan sudut pandang suatu kasus tanpa membaca isi keseluruhan berita.
Pemberian Headline Berita Terkadang Juga Tidak Sesuai
Selanjutnya yang perlu menjadi perhatian juga terdapat pada pemberian judul berita. Media sekarang berkembang menjadi lebih kurang baik. Maksudnya, media berita seperti artikel lebih mengedepankan viewers/ramainya respon masyarakat ketimbang kesesuaian judul dan isi berita.
Contohnya, "Dipanggil KPK, Anies Baswedan Memenuhi Panggilan". Padahal, Anies hanya terlibat sebagai saksi untuk memberikan keterangan. Tentu pemilihan judul seperti itu akan secara cepat direspon masyarakat dengan negatif. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian lebih. Media harus lebih hati-hati dalam pemberian judul, agar tidak terjadinya kesalahan fakta yang akan beredar di masyarakat nantinya.
Tentunya pemilihan judul seperti itu akan merusak nama baik instansi/perorangan. Sekali lagi media haruslah bekerja dengan baik agar tidak terjadinya kesalahpahaman yang akan beredar di masyarakat. Karena mengingat topik utama yang kita bahas kali ini adalah kurangnya minat baca atau budaya literasi masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H