      Menurut (Putri dkk., 2017) hambatan yang dialami puskesmas yaitu
1. Hambatan di bidang Infrastruktur
      Banyak Pusat Kesehatan Masyarakat yang hanya memiliki satu atau dua komputer saja, dan biasanya untuk penggunaan sehari-hari di Puskesmas kurang mencukupi. Banyak laporan-laporan yang harus ditulis dengan menggunakan komputer. Komputer umumnya lebih berfungsi sebagai pengganti mesin ketik saja. Selain itu hambatan dari sisi sumber  listrik juga sering menjadi masalah dalam sistem informasi. Puskesmas di daerah tertentu atau lain sudah terbiasa menjalani pemadaman listrik  sehingga dalam penggunaan  komputer menjadi terganggu. Dalam segi keamanan, banyak gedung-gedung  puskesmas yang kurang aman, sering kali terjadi pada puskesmas yaitu kehilangan perangkat komputer.
2. Hambatan di bidang Manajemen
- Masih jarang ditemukan pegawai atau pejabat atau bahkan unit kerja yang khusus menangani data/komputerisasi. Hal ini dapat ditemukan di tingkat pusat kesehatan masyarakat atau di tingkat dinas kesehatan kabupaten atau kota.
- Dengan kondisi seperti ini, akan sulit untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas data yang akan tersedia, baik untuk pemrosesan dan pemeliharaan data maupun untuk koordinasi antar layanan.
3. Hambatan di bidang Sumber Daya Manusia
- Dalam bidang SDM sering jali ditemui pada puskesmas. Banyak pegawai puskesmas yang belum maksimal dalam menjalankan komputer.
- Kemampuan dalam operasional komputer diperoleh secara belajar otodidak, sehingga kurang maksimal.
- Pemakaian komputer oleh staf yang terkadang tidak pada fungsi yang seharusnya.
      Menurut (Nugroho, 2015) berbagai Faktor Penghambat Implementasi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
1. Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit (Wajirah, 2010)
- * Keterampilan/kemampuan sumber daya manusia
- * Adaptasi Sumber Daya Manusia dari proses manual ke dalam sistem computer
- * Ketersediaan biaya atau anggaran
- * Masalah system oprasional
2. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). (Rahmanita, 2014)
- * Kurangnya dalam jumlah perangkat komputer
- * Kurangnya kualitas SDM karena biasanya tidak sesuai bidangnya
- * Kurangnya anggaran atau biaya
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Informasi Keperawatan berbasis Komputerisasi
      Menurut (Stubenrauch, 2009 & Mcbride et al., 2018) dalam (Tarigan & Handiyani, 2019) Manfaat dari dokumen terkomputerisasi ini adalah perawat bekerja lebih efisien, efektif dan optimal dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang akurat, real-time, paperless, sehingga lebih mudah untuk menguji staf perawat. Selain itu, asuhan keperawatan lebih terintegrasi, meningkatkan kualitas pelayanan dan memperluas akses asuhan keperawatan. Manfaat lain adalah dapat meningkatkan keamanan sistem perawatan, memungkinkan pertukaran informasi yang lebih andal antara praktisi dan klien, dan secara signifikan meningkatkan cara perawatan akan diberikan, meningkatkan inisiatif keperawatan, menangkap dan memberikan implementasi keperawatan yang telah diimplementasikan lebih cepat dan menciptakan layanan yang lebih efisien yang berpusat pada pasien.
      Menurut (Permenkes RI No 82, 2013 & Mcbride et al., 2018) dalam (Tarigan & Handiyani, 2019) Kekurangannya adalah membutuhkan anggaran awal yang besar, akan sangat bergantung pada teknologi, dan membutuhkan kapasitas penyimpanan data. Area data yang sangat besar, risiko terbongkarnya data rahasia tentang privasi pasien. Kelemahan lain adalah risiko bahwa keterampilan berpikir kritis perawat akan kurang kompleks daripada menggunakan teknologi untuk merawat pasien, yang membutuhkan waktu jauh dari perawatan pasien langsung.
 BAB III
PENUTUP
