Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok aktif, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya, yang disebut sebagai perokok pasif. Bahkan, menurut World Health Organization (WHO), perokok pasif dapat mengalami risiko kesehatan yang sama seperti perokok aktif. Pada artikel ini, akan dibahas dampak rokok bagi perokok pasif.
Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok tetapi terpapar asap rokok yang dihasilkan oleh perokok aktif. Terpaparnya perokok pasif pada asap rokok dapat terjadi di berbagai tempat, seperti di rumah, tempat kerja, restoran, dan tempat umum lainnya. Berikut adalah dampak rokok bagi perokok pasif:
- Risiko Kanker
Terpapar asap rokok dapat meningkatkan risiko kanker pada perokok pasif. Menurut National Cancer Institute, terpaparnya perokok pasif pada asap rokok dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, tenggorokan, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan oleh adanya zat-zat karsinogenik pada asap rokok yang dapat merusak sel-sel tubuh dan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
- Risiko Gangguan Saluran Pernapasan
Perokok pasif juga dapat mengalami gangguan pada saluran pernapasan seperti asma dan bronkitis kronis. Terpaparnya perokok pasif pada asap rokok dapat mempengaruhi fungsi paru-paru dan memperburuk gejala penyakit yang sudah ada sebelumnya.
- Risiko Kardiovaskular
Terpaparnya perokok pasif pada asap rokok juga dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke. Hal ini disebabkan oleh adanya zat-zat kimia dalam asap rokok yang dapat memicu penggumpalan darah dan meningkatkan tekanan darah.
- Risiko Infeksi Saluran Pernapasan
Perokok pasif juga dapat mengalami risiko infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia dan flu. Hal ini disebabkan oleh adanya kuman dan bakteri pada asap rokok yang dapat masuk ke dalam tubuh perokok pasif melalui saluran pernapasan.
- Risiko Kehamilan
Perokok pasif yang sedang hamil juga dapat mengalami risiko kesehatan yang serius. Terpaparnya perokok pasif pada asap rokok dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, serta meningkatkan risiko kematian bayi yang disebabkan oleh sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H