Mohon tunggu...
Mustofa Ludfi
Mustofa Ludfi Mohon Tunggu... Lainnya - Kuli Tinta

Bapak-bapak Beranak Satu :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ompyang Jimbe

2 Februari 2023   06:38 Diperbarui: 13 September 2024   08:24 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa yang dikatakan oleh Jenank itu memang pernah ia alami sendiri. Ketika itu, ia mendapat amanat dari salah satu kerabatnya. Pemilik aslinya meninggal, yakni sepupunya sendiri. Namanya Sinal; mereka memanggilnya Gus Sinal. Lalu pusaka Merah Delima itu diwariskan ke anaknya. Karena suatu hal, dengan persetujuan anaknya, sang istri memanggil Jenank untuk dimintai tolong menjual pusaka tersebut.

Konon, Merah Delima itu adalah pemberian sepasang orang tua yang tiba-tiba saja ingin tinggal di rumah sepupunya tersebut. Sepasang orang tua tersebut tampak sangat lusuh dan kumal. Ketika ditanya asalnya, sepasang orang tua itu mengatakan jika mereka berasal dari alas Purwo. Kemudian ditanya apa tujuannya tinggal di sana. Sepasang orang tua itu diam sejenak. Lalu menatap erat hamparan langit. Bibirnya seperti merapal sesuatu. Setelah itu, mereka mengatakan bahwa mereka tidak punya tujuan apa-apa. Mereka hanya menuruti kata hati. Sepupu Jenank hanya bisa terdiam. Bibirnya seperti dikunci. Kemudian mengangguk dan mempersilakan mereka tinggal di sana sampai tiga puluh hari ke depan. Dan ketika pas di hari ke tiga puluh, sepasang orang tua itu menemui sepupu Jenank lagi sambil menyerahkan bungkusan putih tanggung; seukuran kotak arloji. Dan sebotol kecil minyak wangi. Ketika sepupu Jenank sibuk melihat bungkusan itu, mereka sudah tidak ada lagi. Lenyap. Tak ada bekas yang tertinggal dari jejaknya.

"Dulu, aku juga pernah cerita tentang sepupuku yang ada di Kediri, kan? Ialah yang mengenalkanku dengan beberapa benda pusaka yang masih dicari-cari sampai detik ini. Tapi sayang, kamu menganggapku seperti orang yang kesurupan. Padahal, aku sudah sangat berniat mengajakmu ke sana."

"Kenapa nggak sekarang saja?" Dua mata Rudi membuka lebar. Ada sedikit penyesalan di sana.

"Orangnya sudah dikubur tiga tahun yang lalu. Makanya aku mengajakmu ke Ki Jogo Nyowo."

"Apakah kemampuan Ki Jogo Nyowo sesakti Gus Sinal?" Ragu, Rudi bertanya lagi.

"Kesaktian seperti itu tidak bisa dibandingkan. Semua ada ruangnya masing-masing. Sebenarnya, yang ada hanyalah saling melengkapi. Dan perlu kamu tahu, Ki Jogo Nyowo ini berkawan akrab dengan sepupuku. Keduanya hampir tidak pernah pulang. Mereka berkeliling Nusantara dengan satu tujuan: Pusaka!"

Rudi merasa tidak enak sudah bertanya tentang kesktian dua paranormal yang sejak tadi mengakrabi telinganya.

"Lalu di mana Merah Delimanya sekarang?"

"Aku kembalikan. Aku memang suka sekali bicara tentang pusaka, tapi aku sedikit pun tak pernah punya niat menyimpannya."

"Selain Merah Delima ada apa lagi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun