Akhir-akhir ini saya sering sekali dengar istilah circle di lingkungan pergaulan saya, baik dengan guru-guru di sekolah, di organisasi maupun di kalangan murid-murid. Bahkan beberapa kali saya dapat curhatan dari murid-murid yang merasa termarjinalkan di kelas maupun dalam pergaulannya karena tidak ikut dalam circle si anu, circle si itu. Sampai-sampai mereka terisak nangis karena tidak betah di kelas karena ada circle ini dan itu. Dalam satu kesempatan, saya juga mencoba melibatkan diri dalam sebuah obrolan dengan salah satu circle tertentu, saya kok merasa tidak nyaman, bahkan saya dianggap tidak ada...sakit? ya sakitlah...ketika akhirnya harus seperti itu, maka saya lebih memilih untuk mundur. Nah, sehatkah circle seperti itu? Terus, apa sih yang dimaksud dengan circle yang dimaksud dalam kondisi itu?
Ketika saya coba googling tentang circle dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lingkaran adalah garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat, atau disebut juga dengan bundaran. Arti lain dari lingkaran adalah lingkungan atau wilayah, bisa terkait pengamanan, sebaran informasi, dan sebagainya. Tetapi circle yang saya maksudkan di awal tulisan ini lebih mengarah pada circle dalam pergaulan. Arti circle dalam pergaulan adalah lingkaran pertemanan terdekat. Bisa juga diartikan kelompok pertemanan, kumpulan pertemanan, atau pergaulan yang terbatas. Disebut terbatas karena lingkaran atau pertemanan ini biasanya memiliki kesamaan di antara orang-orang di dalamnya, seperti hobi, kesukaan, atau profesi yang sama.
Dalam satu sisi, circle pergaulan ini mungkin memberikan dampak positif. Menurut informasi dari sebuar artikel Kesehatan menyebutkan bahwa ketika kita beraada dalam circle pergaulan yang baik maka akan memberi manfaat bagi kita seperti 1) mendorong kebiasaan lebih baik, 2) meningkatkan kesehatan fisik, 3) meningkatkan Kesehatan mental, 4) meningkatkan kemampuan kognitif, dan 5) mampu menghadapi masa sulit. Circle seperti ini terjadi karena didasari adanya kesamaan frekuensi satu sama lain. Ini dapat menjadi support system buat diri kita sehingga kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Tapi apa jadinya ketika circle itu memberikan dampak negatif pada kita bahkan lebih jauh bagi orang lain? Circle seperti ini bahkan kesannya lebih banyak memberikan madharat daripada manfaatnya. Biasanya aktivitas yang dilakukan tidak lebih dari sekedar saling memamerkan sesuatu atau saling gosip, yang ujung-ujungnya hanya menyakiti satu sama lain. Apalagi jika aktivitas circle tidak lebih hanya sekedar ingin membully maupun menjulidi orang lain yang tidak sefrekuensi dengannya. Berbisik-bisik tak karuan sehingga menimbulkan prasangka, memojokkan dengan kata-kata yang nampaknya mungkin baik tapi menohok. Â
Julid atau gibah dalam salah satu Firman Alloh (Al-Hujurat ayat 12) diibaratkan seperti memakan saudaranya sendiri. Bahkan Rosululloh SAW menjelaskan bahwa julid atau gibah itu dosanya bahkan lebih besar daripada zina, Naudzubillahi mindzalik.... Semoga circle yang kita bangun jangan sampai membuat orang lain tidak nyaman dengan keberadaan circle kita, tapi justru memberikan energi positif  dan menjadi media silaturahim bukan sebagai ajang untuk menunjukkan siapa dekat dengan siapa, siapa punya pengaruh apa.
Jadi seberapa manfaat circlemu?
Cipanas, 9 November 2022
Sumber Referensi :