Mohon tunggu...
Vienna Johan
Vienna Johan Mohon Tunggu... Guru - GURU SMKN2 KAB TANGERANG

Saat kita rapuh dan terjatuh, yakinlah ada SANG MAHA KUAT yang sangat menyayangi kita sebagai umatnya oleh sebab itu sabar berusaha tawakal dan minta pada SANG MAHA HEBAT yang menciptakan bumi tanpa Pondasi, membuat langit tanpa tiang, semua tergantung pada keyakinan ada diri kita sendiri, yakin selalu ada pelangi di setiap badai

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hidup Adalah Perjuangan

15 Maret 2024   22:29 Diperbarui: 16 Maret 2024   10:29 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil yang terletak di lereng gunung karang , tak jauh dari situ ada  sebuah dusun yang jauh dari keramaian bahkan untuk menuju jalan raya pun butuh jarak tempuh kurang lebih 5 km. Disebuah rumah yang mungil disini lah Anjani dan ke 3 suadaranya  di besarkan  dengan penuh rasa cinta kedua orang tuanya , walaupun kehidupan  mereka tak berkecukupan namun mereka selalu bahagia   ayah Anjani seorang perwira tinggi namun beliau pensiun dini karena harus mengurus sang istri yang sakit bertahun tahun.

Setiap hari, Anjani pergi ke sekolah di desa tetangga. Meskipun jalan menuju sekolah itu berliku dan berbatu,Anjani   selalu bersukacita karena dia tahu bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan baginya untuk meraih mimpi-mimpinya. Dia bercita cita ingin  menjadi seorang guru agar dia bisa membantu masyarakat di kampungnya yang tidak bersekolah , karena di kampungnya hanya keluarga Anjani lah yang bersekolah.

Pada suatu hari , ayah Anjani memanggilnya " Anjani , dengarkan ayah " abang mu akan masuk SMA sudah pasti memerlukan biaya banyak ayah sudah tidak bekerja, pensiunan ayah hanya cukup buat makan sama berobat ibu mu,ayah minta ke ikhlasan mu nak agar kamu tidak lanjut ke SMP tahun ini karena abang mu mau lanjut ke SMA" terlihat dari sudut matanya yg berkaca kaca anjani menjawab dengan nada sedih  baik ayah jadi tahun depan anjani baru lanjut sekolah yah, betul nak .

Di pagi hari yang cerah , di sebuah batu besar ada tangan tangan mungil yang sedang mencuci baju ditepian sungai, anjani bergumam ya Allah aku hanya bisa berdoa agar aku tahun depan  benar benar bisa lanjut sekolah, biarlah saat ini aku menjadi lilin yang terbakar habis, tapi  mereka merasakan terangnya  aku.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun