PENDAHULUAN
Dukungan orang tua telah diakui secara luas sebagai salah satu faktor yang paling signifikan dalam memengaruhi kesejahteraan anak-anak (Wang, et al. 2018). Dalam konteks kehidupan akademis anak-anak, dukungan orang tua ditemukan sangat penting untuk memastikan proses belajar mereka lancar (Arshard et al., 2016). Beberapa studi terkait yang menganalisis peran orang tua memperkuat bahwa peran orang tua dapat mencakup kehidupan akademis anak-anak mereka mulai dari usia dini hingga pendidikan dewasa (Dixon, 2008; Smith, 2011).
Dengan adopsi sistem baru yang disebut 'pembelajaran online' yang ditetapkan oleh pemerintah (Hardini et al., 2021), peran orang tua secara tidak terduga menjadi lebih rumit (Sulastri, & Masriqon, 2021). Orang tua, yang sebelumnya bertanggung jawab untuk mencari nafkah bagi keluarga, sekarang berubah menjadi guru kedua bagi anak-anak mereka. Peran orang tua sebagai orang yang paling dekat sebagai teman curhat dan panduan telah terancam karena beberapa orang tua yang terkena dampak secara finansial juga harus bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan hidup. Studi menunjukkan bahwa pembelajaran online telah berdampak tidak hanya pada anak-anak sebagai pelajar tetapi juga menempatkan orang tua mereka di bawah tekanan (Putri, et al. 2020). Beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang mengakibatkan hilangnya nyawa anak-anak juga dilaporkan (Kandedes, 2020).
Meskipun pentingnya, studi yang menyoroti peran orang tua dalam mendukung kegiatan pembelajaran virtual anak-anak menarik relatif sedikit perhatian dari para akademisi (Yuhenita, & Indiati, 2021), sebagai contoh, mengidentifikasi bahwa ada beberapa pemicu stres potensial yang ditunjukkan dengan rendahnya ketahanan orang tua. Rendahnya ketahanan juga dapat menunjukkan tantangan yang tak teratasi yang dihadapi orang tua saat mendukung proses pembelajaran anak-anak mereka. Studi mereka tidak secara khusus menguji faktor-faktor potensial yang memengaruhi ketahanan mereka sama sekali (Yuhenita, & Indiati, 2021). Kedua, Novianti dan Garzia (2020) menemukan bahwa beberapa orang tua, yang terlibat dalam mendukung pembelajaran online anak-anak mereka, masih dihadapkan pada tantangan seperti manajemen waktu, perhatian, dan mengajar anak-anak mereka. Ketiga, Puspita (2021) mengidentifikasi bahwa beberapa peran orang tua, yang dianggap penting bagi anak-anak mereka adalah sebagai motivator dan pendukung bagi anak-anak mereka. Namun, dia juga menemukan bahwa membantu anak-anak mereka untuk belajar materi pembelajaran sekolah tetap menjadi tantangan yang harus dipecahkan (Puspita, 2021, hlm. 74). Keempat, Palma et al. (2021) mengidentifikasi bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi orang tua dalam mendukung kegiatan belajar anak-anak mereka, seperti keyakinan orang tua, persepsi, pengalaman, status sosial ekonomi, keterampilan, pengetahuan, energi, dan ketersediaan waktu. Kelima, Ribeiro et al. (2021) mengidentifikasi bahwa ada beberapa perubahan dalam pola interaksi keluarga karena pandemi COVID-19. Misalnya, dalam beberapa kasus, beberapa keluarga mengalami stres dan kesulitan dalam mengelola waktu dan sumber daya. Namun, mereka juga mengidentifikasi bahwa ada dampak positif yang potensial pada kehadiran orang tua yang semakin besar dalam kehidupan sekolah anak-anak mereka (Ribeiro, et al. 2021).
Di atas semua itu, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi peran orang tua penting karena hal ini dapat memberikan semua pemangku kepentingan pendidikan yang relevan dengan informasi yang berharga mengenai peran penting orang tua. Selain itu, data mengenai faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan kesadaran orang tua dan guru tentang bagaimana cara mengatasi proses belajar anak-anak mereka secara efektif. Pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana orang tua menggambarkan peran mereka dalam mendukung proses pembelajaran anak-anak mereka?
Bagaimana orang tua menggambarkan faktor-faktor yang memengaruhi peran mereka dalam mendukung proses pembelajaran anak-anak mereka?
METODE PENELITIAN
Merriam (sebagaimana dikutip dalam Barrale, 2017, hlm. 39) menyarankan bahwa studi kualitatif cocok untuk menggambarkan pengalaman peserta dan makna yang mereka berikan terhadap pengalaman mereka. Secara khusus, metode yang digunakan adalah studi kasus kualitatif. Yin (sebagaimana dikutip dalam Sutrisno, 2014, hlm. 92) mendefinisikan studi kasus sebagai "penyelidikan empiris yang menyelidiki fenomena kontemporer (kasus) secara mendalam dalam konteks dunia nyata, terutama ketika batas antara fenomena dan konteks mungkin tidak jelas." Yin (Baxter & Jack, 2008, hlm. 545) menjelaskan bahwa metode studi kasus cocok untuk beberapa pertimbangan, seperti fokus studi adalah untuk menjawab "Bagaimana" dan "Mengapa" serta ketiadaan manipulasi yang dilakukan kepada responden atau peserta yang diteliti.
TABEL PESERTA
NO