Mohon tunggu...
Sari Lestari
Sari Lestari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Selalu ingin bekarya dan terus bekarya. Semangat untuk mencapai tujuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terimakasih Telah Melahirkan Ku

18 November 2011   10:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:30 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Tuh normal pula bagus itu. Sekarang sudah siap persiapannya. Ibu harus berjuang untuk melahirkan anak ketiga ini. Itulah tugas seorang ibu siap berjuang kapanpun demi anaknya. Kelak anak yang ibu lahirkan ini adalah anak yang soleh atau soleha, InsyaAllah."

"Amiiin bu."

Perbincangan terhenti, setelah itu hanya ada suara teriakan dan suara bidan yang terus memicu ibu untuk melahirkan. Uwak dan Eni masih menunggu di ruang tunggu. Disana sudah ada Ayah, nenek dan saudara yang lain. Waktu terus berjalan hingga malam, tapi ibu masih terus berjuang untuk melahirkan anak ke-3 nya. Meskipun cukup alot, bidan terus memotivasi ibu untuk terus bejuang dan berjuang melahirkan.

Tepat jam 22.00 lahirlah seorang bayi perempuan. Suara tangisnya memecah keheningan malam. Ibu masih terkulai lemas, samar-samar dia melihat bayi-nya.

"Selamat ya bu, bayinya perempuan sehat dan cantik seperti ibunya."

Ibu terharu senang dan mencium bayi yang masih berlumuran darah itu. Tak lama ibu pun pingsan. Bidan memanggil ayah untuk mendengungkan suara adzan di telinga bayinya.

Ibu tersadar setelah dua jam kemudian. Ayah menghampiri ibu dan memberikan bayinya kehadapannya. Disana juga ada Eni dan Abdul serta saudara yang lain termasuk uwak Fatonah.

Hari itu adalah hari Jumat tanggal 18 November 2011 pukul 22.00. Hari dimana aku dilahirkan oleh seorang ibu yang biasa tapi hati dan jiwanya LUAR BIASA. Dia berjuang dengan segenap jiwa dan raganya untuk melahirkan ku di dunia ini. Cerita itu kudapat pada saat aku merawatnya di Rumah Sakit. Dia terkena penyakit kanker usus ganas. Dengan kekuatannya dia hanya bertahan 3 bulan 2 minggu setelah berjuang melawan penyakitnya.

Ibu ku kini memang tiada, tapi perjuangannya tetap selalu ada untuk ku dan juga anaknya yang lain. Dia menaruh mimpi dalam hidup ku hingga saat ini aku masih berjuang untuk meraih mimpi itu dan aku akan tunjukan padanya. Mimpi yang pernah kudengungkan di telinganya pada saat dia sakit. Dengan janji dan tekad yang bulat aku akan terus berjuang dan kuat seperti ibu.

Pagi tadi saat aku masih diberi kesempatan hidup oleh Tuhan ku dan setelah kakak dan adik ku memberikan selamat ulang tahun untuk ku, aku mengambil foto yang selalu kubawa dan kusimpan di tas ku. Foto ibu dan ayah ku. Ku tatap foto itu dengan lekat dan teringat dengan kisah yang pernah diceritakannya pada ku. Air mata ku mengalir deras, ku cium foto ibu dengan lembut dan aku pun berucap:

"Terimakasih ibu. Terimakasih telah melahirkan ku. Aku sayang pada mu. Seperti engkau selalu menyayangi ku hingga kini meskipun kau tidak ada lagi di dunia ini. Meskipun aku tidak dapat lagi memeluk mu sejak 6 tahun yang lalu setelah kepergian mu, tapi harum tubuh mu selalu ku rasakan di dalam jiwa ku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun