Mohon tunggu...
Ahmad Zaki Alwy
Ahmad Zaki Alwy Mohon Tunggu... Guru - Seorang Santri yang Tak Kunjung Pintar

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Menangisnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz Ketika Diangkat Menjadi Pemimpin

13 Oktober 2019   20:31 Diperbarui: 13 Oktober 2019   20:41 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amirul Mukminin,  'Umar bin 'Abdul 'Aziz merupakan salah satu khalifah yang paling dikenal dalam sejarah Islam. Dia dipandang sebagai sosok yang saleh dan kerap disebut sebagai khulafaur rasyidin kelima.

Diceritakan di dalam kitab Bidayah wan nihayah karya ibn Katsir, bahwasanya Fathimah, istri khalifah umar bin abdul aziz mengatakan:


: : : .

" Suatu hari, aku masuk rumah. Aku menjumpai suamiku duduk di tempat sholatnya. Dengan meletakkan tangannya ke pipi. Air matanya mengalir deras melewati kedua pipinya.

Aku berkata: Apa yang membuatmu menangis?

Umar berkata: Duhai Fathimah!, aku baru saja dilantik menjadi pemimpin ummat ini. Lalu aku terfikir akan orang faqir yang kelaparan, orang sakit yang tersia-siakan, orang tak punya pakaian lagi kelaparan, anak yatim yang rapuh, janda yang hidup sebatang kara, orang yang dianiaya, pengelana, tawanan, orang yang sangat tua renta, orang yang mempunyai banyak keluarga, orang yang kekurangan, dan orang-orang yang serupa dengan mereka, yang berada di tepi daerah ini.

Aku mengetahui, bahwa sesungguhnya Tuhanku, Allah 'azza wa jalla, akan menanyakan perihal tanggungjwab itu semua kepadaku, kelak di hari kiamat. Maka aku khawatir, aku tidak bisa mempertanggungjawabkannya. Hatiku bersedih dan aku menangis." (Ibnu Katsir, Kitab Bidayah wan Nihayah, juz 9, hal. 214. Cetakan Darul Kutub al-Ilmiyah)

Wallahu a'lam.
Tabik!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun