Mohon tunggu...
Ahmad Zaki Alwy
Ahmad Zaki Alwy Mohon Tunggu... Guru - Seorang Santri yang Tak Kunjung Pintar

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhentilah Menjadi Pembenci

27 Agustus 2018   19:04 Diperbarui: 27 Agustus 2018   19:09 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi pembenci adalah pilihan yang salah. Kesalahan ini bila dilakukan oleh diri sendiri, besar kemungkinan masih dapat direduksi.

Namun, bila sudah merambat pada yang lain. Luapan kebencian akan sulit dibendung.

Imam Al-Ghazali sendiri telah memaparkan jauh akan pembenci (Haasid: Pembenci) di kitab Ihya' Ulumiddin Juz 3 : Rub'ul Muhlikat ( yang merusak hati).

Ironisnya dari pembenci ini. Kebenaran yang nyata dilakukan oleh yang dibenci, akan selalu salah di pandangannya. Sekalipun perilaku yang dinilai oleh Tuhan itu adalah sebuah kebenaran. Bayangkan, Allah saja membenarkan, tapi bagi si pembenci, tetaplah salah. Na'udzubillahi min dzalik.

Bukankah hal seperti itu pernah terjadi? Ya, insiden Qobil dan Habil.

Meski sudah ada bukti nyata, bahwa Habil-lah yang diterima qurbannya dan berhak mendapatkan Iqlimah.

Namun bagi Qobil. Tetaplah salah. Yang menurut dia, dialah yg lebih berhak mendapatkan Iqlimah.

Hati sudah diliputi kebencian. Hingga kebenaran yg benar-benar "benar", menjadi salah.

Sungguh sebuah tindakan yang tidak patut dikerjakan.

Habib Ali Al Jufri juga sangat mengahwatirkan, bila seseorang mati namun masih meninggalkan bibit-bibit kebencian yang masih dibawanya.

Bagaimana bisa, seseorang diakhir ajalnya, masih membawa kebencian. Padahal dari awal kelahirannya, tak ada satupun manusia yang dibencinya.

Semoga kita terhidar dari buruknya pembenci. Dengan melanggengkan membaca surah al-falaq dan an-naas di pagi dan sore.
. .

Wallahu a'lam

Mamuju, 27-08-18

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun