Mohon tunggu...
Ahyar Stone
Ahyar Stone Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Setiap perjalanan adalah pelajaran, karena itulah, perjalanan paling buruk sekalipun, tetap membawa pelajaran yang baik (Ahyar Stone)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pecinta Alam Adalah Orang yang Bahagia. Ini Penjelasannya

24 Mei 2016   15:44 Diperbarui: 24 Mei 2016   15:59 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Anda merupakan anggota sebuah organisasi pecinta alam, Anda patut bersyukur. Anda termasuk golongan orang yang bahagia. Jika Ada bukan anggota sebuah organisasi pecinta alam, Anda tidak usah kecil hati. Anda juga layak bersyukur, karena jika berdekatatan dengan mereka, Anda akan kecipratan dengan apa yang namanya bahagia. Kebahagian memang gampang menular.

Kebahagian memang tidak identik dengan kemewahan atau materi berlimpah. Anak muda yang tinggal di perumahan mewah, belum tentu sebahagia anak-anak pecinta alam yang sedang dalam perjalanan sulit mendaki gunung. Jika kemewahan otomatis melahirkan kebahagiaan, mereka yang berada di rumah mewah berfasilitas mahal, seharusnya lebih bahagia dari anak-anak pecinta alam yang sering berada di daerah terpencil yang jauh dari kehidupan mewah.

Kenyataannya, anak-anak pecinta alam jauh lebih bahagia dibanding anak-anak orang kaya. Ini terjadi karena lingkup pergaulan anak gedongan tidak seluas anak pecinta alam. Pembawaan pemuda-pemudi dari keluarga berada juga cenderung membosankan, kurang ramah, dan terlalu mengandalkan materi. Sementara anak-anak pecinta alam sikapnya lebih terbuka dan tidak begitu mempersoalkan materi.

Kendati demikian bukan berarti materi tidak perlu. Siapa pun tahu, lebih menyenangkan mempunyai materi daripada sama sekali tidak memilikinya. Masalahnya, bagaimana menjadikan materi sebagai pemicu kebahagiaan, atau tetap di kondisi bahagia walaupun secara materi tidak berkecukupan?

Kebahagiaan menurut motivator terkenal Andrew Carnegie, tidak berada pada benda yang kita miliki. Kebahagiaan ada di dalam diri kita. Senada dengan Carnegie, Marthe Troly Curtin, berpendapat, “Orang menjadi bahagia jika mereka mengkondisikan pikiran mereka menjadi bahagia”.

Dari petuah Carnegie dan Curtin kita dapat melihat kebahagiaan bisa ditemukan dan dirasakan oleh orang kaya maupun orang miskin. Kebahagiaan juga bisa ditemukan pada orang yang memiliki kekuasaan maupun yang tidak berkuasa. Yang penting si orang kaya atau orang miskin, dan orang berkuasa atau tidak berkuasa, memiliki pola pikir bahagia. Seseorang tanpa memiliki pola pikir seperti itu, hidup dalam kondisi apapun ia tak akan pernah mengecap kebahagiaan.

Pola pikir adalah gabungan dari dua buah kata yaitu, pola dan pikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi pola adalah sistem atau cara kerja. Pikir memiliki definisi akal atau ingatan. Akal atau ingatan berasal dari otak. Bila kedua kata tersebut digabungkan, maknanya : sebuah sistem atau cara kerja yang diatur oleh otak kemudian disimpan oleh otak dan disebarkan ke seluruh tubuh sebagai acuan dalam bertindak dan sebagai pembentukan karakter.

Tak berjauhan dengan makna leksikal diatas, Edward de Bono menyebut, “Kerangka berpikir adalah akumulasi informasi yang masuk ke dalam pikiran, dan informasi itu membentuk kerangka berpikir dengan sendirinya, begitulah pola pikir terbentuk”.

Definis yang lebih teknis, disampaikan Robert Friedrichs, katanya, “Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana menanggapi realita itu”.

Dari sejumlah pendapat diatas, makin jelas jika kebahagiaan adalah masalah pola pikir belaka. Pola pikir bahagia adalah bentukan dari orang bersangkutan sebagai responnya terhadap realitas di sekitarnya. Pola pikir bahagia nantinya akan menjadi karakter bagi orang bersangkutan. Artinya orang yang selalu menanamkan pikiran bahagia akan benar-benar menjadi pribadi yang bahagia.

Mendeteksi orang bahagia tidak sulit karena orang bahagia selalu menunjukan gejala yang khas, yaitu tidak pelit senyum, sering bergurau, terbuka, periang, bersyukur, dan senang berbagi. Gejala khas ini sangat mewarnai keseharian anak-anak pecinta alam. Ini lima faktanya :

1. Berpikiran Positif.
Jika anak-anak pecinta alam tidak memiliki pola pikir positif, maka segalakegiatan alam bebasnya, hanya akan menjadi rangkaian derita tak berkesudahan. Puncak gunung merupakan tempat sulit untuk didatangi, sepi, sunyi, dingin, dan oksigennya pun tipis. Kesana hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Mendaki gunung merupakan siksa tiada akhir bagi orang kebanyakan. Tetapi, bagi para pecinta alam, tempat seperti itu justru yang menyenangkan. Makin ekstrim, mereka malah tambah happy.

Orang yang bahagia tidak mau mengeluh terus menerus biar pun semuanya tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Keluhan merupakan cermin dari ketidakpuasan dalam hidup. Anak-anak pecinta alam dapat merasa nyaman, dan tidak kehilangan selera humor berada di kondisi sulit yang dapat membuat stres seperti itu karena mereka selalu memelihara pikiran positif dalam dirinya.

2.Tidak mencemaskan penilaian orang lain.
Masih banyak orang yang berpenilaian, bahwa organisasi pecinta alam adalah kumpulan orang tidak intelek yang senang hura-hura. Anggota organisasi Pecinta alam tidak terlalu memperdulikan cap miring seperti itu. Namun, mereka tetap mendengarkan yang orang lain katakan. Lagipula, siapapun berhak menilai kelakuan pecinta alam, tetapi apapun penilaian itu, tidak akan menyurutkan langkah anak-anak pecinta alam beraktivitas.

Orang yang bahagia tidak peduli apa yang dipikirkan orang lain, karena mereka tahu nilai diri sendiri. Mereka hanya melakukan apa yang harus dilakukan, dan tidak pernah membiarkan orang lain mengecilkan niat mereka. Bahagia memang milik mereka yang bangga menjadi dirinya sendiri, tanpa mencemaskan apa yang dipikirkan orang lain tentangnya.

3. Tidak memperdulikan hal-hal sepele
Pecinta alam tidak begitu peduli dengan hal sepele yang terjadi pada mereka, misalnya menumpahkan kopi di meja, memasak makanan yang gosong dan sebagainya. Hal-hal sepele seperti ini justru lebih sering menjadi titik awal anak-anak pecinta alam untuk tertawa, bercanda dan saling kerjain.Hanya orang yang tidak bahagia yang akan merasa semakin tersiksa karena masalah-masalah sepele yang biasa terjadi seperti itu. Orang yang bahagia tidak akan merasa sedih atau tersika karena masalah-masalah sepele.

4. Terbuka dan senang berbagi.
Orang yang berbahagia adalah orang yang senang membagi kebahagiaan dengan orang lain. Menurut studi, orang yang sedang bahagia akan berusaha membuat orang di sekelilingnya menjadi bahagia. Anak-anak pecinta alam, senang bercanda karena bercanda adalah cara efektif mengajak orang lain bahagia. Itulah sebabnya, disaat berkumpul bersama teman-teman di kampus, di terminal, atau di rumah, suasana orang-orang pecinta alam dijamin meriah, obrolannya berkembang, dan tentu saja penuh canda dan gelak tawa.

Anak-anak pecinta alam cenderung banyak teman, sebab orang yang bahagia lebih terbuka sehingga mudah bersosialisasi. Orang yang selalu merasa berbahagia akan menarik perhatian orang lain yang ingin berteman karena tertarik dengan sifat cerianya.  Karena itulah – seperti yang telah dibocorkan diawal tulisan --  “Jika Ada bukan anggota sebuah organisasi pecinta alam, Anda tidak usah kecil hati. Anda juga layak bersyukur, karena jika berdekatatan dengan mereka, Anda akan kecipratan dengan apa yang namanya bahagia”.

Kebiasaan anak-anak pecinta alam bercanda, membuat mereka berpotensi menjadi pemimpin yang berhasil. "Selera humor” kata Presiden Ke-34 Amerika Serikat Dwight David Eisenhower, “ Adalah bagian penting seni kepemimpinan. Humor penting untuk bergaul dengan berbagai kalangan dan memudahkan penyelesaian pekerjaan”.

5. Mudah bersyukur. 
Dalam urusan makan-minum, pecinta alam cenderung tidak pilih-pilih. Mereka bisa makan apa saja, dalam kondisi apa pun sambil bercanda, walaupun hidangan yang mereka santap bukan tergolong makanan mahal yang rasanya istimewa. Hanya orang bersyukur yang bisa seperti ini.

Ciri orang bersyukur lainnya adalah tidak membanding-banding kepunyaannya dengan milik orang lain. Ada berpuluh-puluh kegiatan anak muda yang lebih berkelas, banyak penontonnya dan cepat mendatangkan uang. Namun, pecinta alam tidak tergiur. Pecinta alam tetap memilih aktivitasnya yang berada di tempat terpencil yang sepi penonton dan tidak menguntungkan secara materi. 

Itu baru lima contoh umum bukti pecinta alam adalah orang-orang bahagia. Masih banyak contoh lainnya. Bukti kebahagiaan anak-anak pecinta alam yang merupakan orang-orang yang sering berpergian, juga ditunjukan oleh hasil penelitian yang dilakukan University of Colodaro, AS.  untuk mengungkap tingkat kebahagian orang yang senang berpergian dengan orang yang menghabiskan uangnya untuk belanja barang mewah.

Menurut hasil penelitian University of Colodaro, AS. Tenyata pengalaman lebih membawa kebahagiaan pada manusia ketimbang harta benda. Hal ini karena kebiasaan akan benda itu membuat nilainya luntur. Namun mengingat momen-momen yang membahagiakan akan abadi. Dalam hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Personality and Social Psychologi, para peneliti menemukan bahwa, orang yang mengejar kebahagiaan melalui kepemilikan materi memiliki kadar kebahagiaan yang lebih rendah ketimbang orang-orang yang mengejar kebahagiaan melalui pengalaman hidup.

Selanjutnya Leaf Van Boven, pemimpin penelitian selama satu dekade untuk mempelajari biaya sosial dan manfaat dari mengejar kebahagiaan melalui pengalaman hidup seperti bepergian dengan versus pembelian harta benda seperti mobil, baju mahal dan perhiasaan, mengatakan, ”Kami menemukan bahwa harta benda tidak memberikan kebahagiaan abadi, sebanyak kebahagiaan orang yang mengejar pengalaman hidup. Seseorang yang melakukan pembelian barang, tidak segembira orang yang melakukan pembelian pengalaman”.

Penelitian Boven dan timnya juga mengungkap, ketika responden penelitian diminta untuk menggambarkan orang materialistis, maka kata-kata yang sering digunakan adalah, “egois”, dan “berjuang hanya untuk kepentingan sendiri”. Sedangkan ketika menjelaskan tentang orang yang cinta pengalaman hidup, kata sifat seperti, “ramah” dan “terbuka”, yang sering muncul.

Orang materialistis tak pernah puas dengan apa yang didapat dan selalu menganggap apa yang dimiliki orang lain lebih menarik. Sedangkan orang yang tidak materialistis cenderung menghargai setiap pengalaman unik dan bahagia dengan caranya sendiri”, begitu kata Boven.

Hidup bahagia tentu menyenangkan. Bahagia tidak saja bermanfaat dalam pergaulan sosial, dalam cakupan individu, bahagia juga berdampak langsung pada kesehatan fisik dan mental, serta memudahkan si pemilik kebahagiaan meraih sukses dalam hidupnya. Pebisnis sukses yang juga penulis kenamaan Amerika Herman Cain, mengatakan, “Sukses bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaanlah kunci menuju sukses”.

Nah, jika Anda ingin bahagia, ikutlah organisasi pecinta alam, atau bertemanlah dengan mereka. Anda bahagia, sukses ada di genggaman tangan Anda. Jika anda sukses, Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat., dan itu adalah berkat Anda. (AS)

Ahyar Stone : Pemerhati kegiatan pecinta alam.
 “Sekali Pecinta alam selamanya pecinta alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun