Lembah ini diapit dua pegunungan di timur barat atau kiri kanan. Lembah inilah yang menjadi jalur migrasi yang tersambung hingga ke Lembah Napu, Bada, dan Behoa. Bahkan lembah-lembah ini terus memanjang hingga ke Sulawesi Selatan.
Makanya tak mengherankan penyebaran mengalitik dan manusinya sampai ke arah sana. Lembah-lembah ini bak lautan yang menjadi penghubung antara pengunungan di Sulawesi.
Jadi tak aneh, jika para penghuninya memerlukan navigasi untuk mengembara dan bermigrasi ke lembah-lembah itu. Hingga petunjuk yang paling alamiah adalah bintang di langit. Â
Keberadaan ribuan situs di Lembah Bada ini menunjukan bahwa di masa lalu telah bermukim satu peradaban besar di kawasan Lore Lindu.
Banyak peneliti dan arkeolog datang silih berganti ke Lembah Bada hanya untuk mencari tau sejarah dan cerita patung-patung dengan segala bentuk ini. Tapi hingga kini, teka teki patung-patung itu masih menjadi tanda tanya besar atau misteri.
Warga yang bermukim di lembah ini pun, yang mana mereka adalah tokoh adat tidak mengetahui persis mengenai patung-patung batu itu.
Waktu sudah menunjukan 04.30 sore, tapi terik matahari masih terasa menyenggat. Untuk menghindari cuaca sinar mentari, saya memilih berteduh di salah satu pohon yang berjarak sekitar 10-meter dari arca Palindo.
Karena jarak tempuh yang cukup panjang, dari Lembah Bada ke Tentena, saya pun mengajak teman-teman rombongan untuk berkemas-kemas kembali ke Dusun Toaro, Poso tempat kami menginap sementara. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H