Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Buku yang Saya Sukai di 2020 (Kemarin)

10 Februari 2021   10:28 Diperbarui: 10 Februari 2021   10:55 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inti dari buku ini ada dihalaman terakhirnya. Anak itu bernama Mark Manson, ia anak baru berusia 19 tahun. Saat itu, Mark Manson kehilangan sahabat dekatnya, hingga membuat ia stres dan mengalami trauma panjang.Hari-hari Mark Manson penuh dengan traumatik. Ia lebih banyak merasakan penderitaan, tak memiliki semangat hidup. Sampai satu ketika, Mark bermimpi berjumpa dengan mendiang kawan karibnya, Josh namanya.Dari mimpi bertemu Josh.

Foto, ahyarros
Foto, ahyarros

Mark berpikir bahwa, mengapa seseorang cenderung menolak kesulitan dalam kehidupan kita? Bagi Josh itu adalah cara kita melupakan kematian. Kita kemudian memilih takut dengan berbagai masalah dalam kehidupan, pada dasarnya kita sedang ingin lari dari kematian, padahalnya, seseorang mengalami kematian dan waktu kita tak panjang.Belajar dari Mark Manson.

Sebenarnya apa yang kelak akan kita ingin wariskan setelah kematian? Kita perlu memiliki kesadaran diri tentang kematian. Inilah ide besar dari buku Mark Manson ini. Dengan kesadaran, kita akan punya nilai yang akan kita rasakan hanya dari sekedar mendapatkan tantangan dalam kehidupan.

Mengapa Negara Gagal

Buku Why nations fail, yang ditulis Daron Acemoglu dan James A. Robinson. Hingga kini masih relevan untuk dibaca. Bukunya lumayan tebal, tapi ekonom berpengaruh Negeri Paman Sam ini menarasikan hasil temuannya dengan bahasa sangat memikat. Buku ini terbilang sudah lama saya beli, tapi baru 2020 ini saya tuntaskan membacanya. 

Daron Acemoglu melakukan riset dan kajian sejarah tentang bagaimana sebuah negara timbul dan tenggelam. Bahkan ia cukup berani mengatakan bahwa institusi politik dan ekonomi menjadi penentu majunya negara.Negara maju dan tertinggal bukan disebabkan budaya, geografis, pengetahuan yang rendah, tapi semuanya bergantung dari penggelolaan institusi politik dan ekonomi.

Foto, Ahyarros
Foto, Ahyarros

Daron Acemoglu, mengatakan negara yang institusi politik dan ekonominya insklusif berpotensi menjadi negara kaya.Sedangkan negara yang institusi politik dan ekonominya ekstraktif cenderung berkutat pada kemiskinan dan ketertingalan, bahkan menjadi negara gagal. Buku yang keren, tak heran, jika buku ini menjadi bacaan paling disuka Prabowo Subianto (Kemenhan) RI Tahun 2020 telah berlalu. Kini kita sudah memasuki 2021, tahun yang penuh gejolak dan ketidakpastian. Semoga ditengah wabah Covid-19 ini, kita tetap diberikan kesehatan bersama keluarga dan orang terkasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun