Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Prilly Kepincut Aroma Kayu Putih Cap Lang

3 Desember 2017   20:18 Diperbarui: 1 Agustus 2023   23:08 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nangkring bersama kompasiana (Foto Ahyarros)

Belakangan ini, Generasi Z kian sering diperbincangkan. Generasi yang juga dikenal dengan sebutan anak milineal ini sangat hangat diperbincangkan, karena kebiasaan mereka terbilang berbeda dan unik dengan generasi sebelumnya. Sebenarnya siapa sih yang disebut generasi milineal itu? Menurut the time magazine, menyebutkan yang masuk dalam generasi milineal ini adalah orang-orang yang lahir pada 1980-2000-an. Dalam perkiraan umur milineal itu berkisar dari umur 17 hingga 36 tahun.

Sebutan generasi Z pertama kali diperkenalkan media massa pada saat hari sumpah pemuda 2015. Salah satunya dimuat oleh surat kabar harian kompas dengan judul "Energi kreatif generasi langgas". Langgas pun adalah kata lain dari generasi milineal di Indonesia. Generasi milineal ini sangat penting bagi Indonesia di masa mendatang. Kenapa?

Pada tahun 2014, jumlah generasi Z di tanah air akan mencapai 84 juta jiwa. Menurut Bapenas, sementara jumlah penduduk mencapai 255 juta penduduk. Berarti, 33 persen dari penduduk Indoensia adalah generasi Z. Kalau dilihat dari perbandingan usia produktif, antara 16-64 tahun, seperti yang ditetapkan pemerintah, maka sebanyak 50 persen dari penduduk usia produktif tersbut adalah generasi Z (16-36 tahun).

Di Indonesia fenomena ini juga disebut sebagai bonus demografi atau proporsi penduduk produktif lebih besar dibandingkan jumlah penduduk yang tidak produktif. Bonus demografi ini memberikan potensi besar bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2020 hingga 203, menerut perkiraan Indoensia Indonesia akan mencapai puncak populasi usai produktif, yaitu 70 persen dari total jumlah penduduk. Peran 84 juta generasi Z ini akan lebih signifikan lagi dalam perekonomian Indoensia dan akan menciptakan nilai ekonomi bagi negara lainnya di dunia.

Untuk dijadikan perbandingan, Jepang mengalami bonus demografi pada 1950. Berkat sumber daya manusianya yang berkualitas, maka pada tahun 1970, Jepang menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Saat ini Indonesia mengalami proses bonus demografi yang sama dengan Jepang tahun 1950-an. Satu sisi ini bisa menjadi beban bagi indonesia. Jika kualitas sumber daya manusia tidak bisa berkontribusi, bonus demografi ini bisa menjadi beban. Sebaliknya kalau kualitas sumber daya manusia generasi Z bagus, ekonomi Indoensia akan baik pula.

Dalam konteks masyarakat ekonomi Asean yang sudah dimulai pada tahun 2016, peran generasi Z, bahkan lebih menjadi penting lagi. Jumlah penduduk Asean 10 negara adalah 625 juta orang dari 60 persen, di antaranya lahir sesudah tahun 1980 mencapai 374 juta orang. Dengan 84 juta generasi Z Indonesia, berarti sekitar 23 persen pemuda Asean ada di Indoensia dan merupakan generasi milineal.

Perekembangan dunia digital mempengaruhi milineal indoensia secara signifikan. Keran informasi dari keluar negeri terbuka lebar, sehingga genersi Z Indonesia dengan mudah mencari informasi dan bahkan mendapat teman di belahan dunia manapun. Kemudahan ini makin diperkuat dengan hadirnya smartphone, di mulai dengan masuknya Blakberry ke Indoenesia 2007.  Sejak itu infomasi bisa diakses dengan cepat lagi, karena adanya browser di gengaman. Kemudian disusul dengan twitter yang bisa dibilang mengubah pola pikir menjadi lebih singkat dengan 140 karakter. Namun saat ini mengalami penmabahan karakter menjadi 280 karakter.

Generasi yang berbeda

Bicara soal generasi Z di Indonesia, minggu lalu tepatnya di acara nangkring Kompasiana bersama Kayu Putih Aroma. Acara yang berlokasi di Por Que No, Menteng Jakarta ini cukup seru karena dihadiri Prilly Latuconsina, seorang anak generasi Z, dan artis sinetron Indoensia. Perempuan yang akrab disapa Prilly ini mempunyai inspirasi untuk menginspirasi lebih banyak genarasi Z untuk sukses di usia muda. Menurut Prilly, yang membedakan antara generasi Z dengan Y (old) adalah ingin tahu sesuatu itu dengan lebih cepat, dan ketika ngomongin cepat konotasinya jadi instan. Hal ini tidak bisa disalahkan karena adanya perkembangan teknologi yang begitu cepat. Kalau dulu mau cari buku harus ke perpustakaan, baca buku satu persatu, sekarang tinggal geser dengan jari ke mbah Google, lansung muncul berjuta informasi.

Hal itu bertransformasi juga ke karakter-karakter lainnya, seperti gampang menyerah, pengen gampang-gampang saja, susah dikit ingin coba yang lain. Namun begitu, di generasi Z ini, serba cepat melahirkan anak muda ide kreatif, dan usaha yang bermanfaat.

Generasi Z banyak pilihan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun