Kaum intelekual inilah yang mengusulkan bahwa teologi Islam harus dirumuskan dengan cara-cara yag mampu memberdayakan kelompok marginal dan masyarakat miskin guna memperoleh hak yang sama dalam ekonomi, pendidikan dan pelayanan publik. Namun sayangnya para pemimpin agama belakangan ini jarang menyuarakan semangat di atas. Sebaliknya, para da’i dan polititikus atas anama Islam justru, menikmati dan mendukung tren pasar karena jauh bermanfaat bagi mereka. Agama dan spiritualisme berjalan seiring dengan langkah etos kapitalisme. Hal ini terasa semakin dekat selama Ramadhan.
Ini bukan berarti pasar adalah jahat. tapi tindakan dan tren yang meninggalkan kelompok lemah dan tak terlindungi dari tekanan pasar, adalah sesuatu yang sepenuhnya kurang tepat. Pesan puasa jelas, menahan haus dan lapar, tidak berbelanja untuk kemewahan, serta tidak berlebihan. Wallahualam bisawab.
Bogor, 13 Juni 2016