[caption caption="Air Terjun Benang Kelambu, foto (Ahmad Jumaili)"][/caption]
“Airnya sangat telih (dingin), coba ulurkan tangan ke air” Desak seorang ibu kepada saya, seolah gemas dengan saya yang hannya berdiam diri disisi air terjun, Benang Kelambu. Padahal, saya baru saja tiba tempat ini, setelah berkendara motor hannya dengan menghabiskan waktu 40 menit dari pusat Kota Mataram.
Si ibu tengah duduk di batu besar kecoklatan. Sebagian kaki saya terkena percikan air yang jatuh dari dataran atas air terjun. Suami dan dua orang anak perempuanya ada di bawah air terjun. Di tengah tawa, tubuh mereka terkadang mengigil kedinginan. Beberapa meter di hulu, air jatuh dengan bebasnya dari tebing setinggi 18 meter, menuju bagian dasar air terjun. Suara deruan air terjun menambah dinginya suasana sekitar air terjun Benang Kelambu ini.
Sambil tersenyum mengijyakan, saya celupkan kaki setelah ikut duduk di atas batu. Ibu itu benar, baru sebentar kaki saya benamkan kaki di air nan dingin ini, saya sudah tak bisa merasakan lagi. Air yang mengalir dari bukit Gunung Kelambu mengalir deras terjun memancar. Tempat ini berada tepatnya di Benang Stokel, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
[caption caption="Air Terjun Benang Kelambu yang Asri, Foto (Ahyar ros)"]
Saya mencoba merenang, menikmati dinginnya air terjun. “Cepat mama, aku mau ganti baju” Kali ini suara itu datang dari, Vany, si cilik berumur 8 tahun, kepada ibunya. Ruapanya ia tak kuasa menahan rasa sabar untuk segera bergabung dengan anak umuran sebaya dan pengunjung lainnya, berenang di bagian bawah air terjun yang tak dangkal.
Setelah mengambil ban dalam yang memang disediakan oleh penduduk setempat, ia pun segera melesat, hendak mengejar pengunjung kecil lainnya. Namun langkahnya terhenti saat air menenggelamkan kakinya hingga lutut. Ia pun meringis kedinginan dan menjerit kaget ketika seseorang pengunjung menepak air hingga membasahi bajunya.
Tak lama kemudian ia sudah berenang dengan teman sebaya yang baru dikenalnya saat itu juga. Dan meninggalkan saya termenung di atas batu, tersihir oleh keadaan sekitar. Sambil menarik napas dalam-dalam, saya lemparkan pandangan mata sejauh-jauhnya.
Pepohonan tampat rapat dan rindang di sebrang sungai, jauh hingga ke pengunungan di atas sana. Beberapa ekor burung berterbang di atas kepala, kadang menukik lalu menyentuh air dan terbang kembali dengan cepat. Di tengah dinginnya air, dan udara sejuk yang bertiu, saya terlena oleh belainan hangatnya sinar mentari. Suasana inilah yang saya bayangkan sejak merencanakan kunjungan ke tempat ini bersama teman-teman lama yang juga jenuh dengan riugnya ibu kota.
[caption caption="Seorang pengunjung di Air Terjun Benang Kelambu. foto (Ahmad Jumaili)"]
Beranjak dari air terjun ini, setelah mendaki lebih ke atas lagi selama lima menit, saya menjumpai bukti yang bertundak. Di tepi atas bukit ini, kita bisa melihat pandangan lanskap, daun-daun tersusun rapi menutupi air terjun Benang Kelambu. Di sekeliling saya, lebih banyak wisatawan yang berenang dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.