Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Akhirnya, Saya Berlabuh di IPB

9 November 2015   11:58 Diperbarui: 10 Desember 2015   01:17 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Tugu Lambang kebesaran Agricultural University Bogor (Ahyar ros)"][/caption]

Berbagai syarat seleksi masuk perguruan tinggi telah saya penuhi. Mulai dari persiapan Bahasa Inggris di Lembaga Bahasa, Salemba Universitas Indonesia (UI). Semuanya, saya jalani dengan penuh kesabaran. Pertengahan Agustus 2014, saya bersama puluhan penerima beasiswa Lembaga Dana Penggelola Pendidikan (LPDP) berbondong-bondong mengadu keberuntungan untuk masuk kampus ternama yang terletak dikawasan Depok, dan kampus besar lainnya di Jawa.

Segala persiapan, mulai dari sertifikat TOEFL, legalisir Ijazah, kartu tanda pengenal (KTP), dan sampai pembayaran pendaftaran masuk sejumlah Rp 800, saya selesaikan semua. Sebagaimana yang tertera di surat pengumuman kelulusan beasiswa, LPDP. Kampus pilihan pertamaku adalah Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI). Saya pun mencoba dengan berbagai persiapan di Salemba, UI Jakarta.

Segala kelengkapan persiapan, saya menjalani seleksi ini seperti nomralnya para pemburu kampus wahid satu ini. Dari kontrakanku, Salemba, saya memilih naik taksi menuju stasiun kereta api, Cikini, menuju kampus UI Depok. Tepatnya tanggal 12 April 2014, saya mengikuti tes masuk S2 dengan seleksi yang sangat cukup ketat. Ketika masuk ruangan, saya pun terasa berada di dalam ruangan pengap, tanpa AC. Tubuhku pun terasa mandi keringat. Bagaimana tidak, para panitia berwajah sangar terus melototi semua peserta yang masuk. Barang siapa yang ketahuan kerja sama, panita tak segan-segan menggeluarkan dari ruangan ujian. Ucap salah seorang panitia.

Dalam waktu yang cukup lama, 4 jam. Saya menyelesaikan soal dari Bahasa Inggris dan Tes Potensi Akademik (TPA). Waktu yang terbilang lama dari jadwal yang telah ditentukan panitia sebelumnya. Bagiku ini merupakan test masuk perguruan tinggi kedua, setelah, aku masuk di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, NTB.

Pengalaman menjawab soal TOEFL ITP di Salemba, lebih mudah dibandinkan dengan test yang telah dilalui ditest penyaringan masuk kampus UI, Depok. Sri Andayani teman pelatihan yang satu ruangan denganku menggalami hal yang saya alami. Saya pun, hannya bisa mengantungkan harapan agar, hasilnya maksimal. Sehingga bisa diterima di Fakultas Hukum, sesuai dengan rencana awalku sebelumnya. Untuk menunggu pengumuman, saya memutuskan balik ke Lombok.

Pertimbangannya, jika, saya menentap sementara di Salemba. Saya tidak kuat dengan biaya hidup sehari-hari. Menunggu honor menulis artikel pun, tidak cukup untuk menopang kehidupanku selama satu bulan.

[caption caption="Bunga Mekar, Taman Bunga, IPB"]

[/caption]

Tidak pilihan lain, saya harus kembali ke Lombok. Dengan berbagai pertimbangan, saya diminta kembali lagi untuk bekerja di Staf Ahli Program Unggulan Prov. NTB. Tempat kerja sebelumnya. Sambil menunggu pengumuman di UI. Satu bulan akhirya, saya menerima pengumuman itu. Sambil mebuka website resmi Simak UI, perlahan-lahan, saya membuka sesuai password Simak. “Silahkan Mencoba Kembali” pesan singkat dari account pribadiku, menandakan saya belum beruntung masuk di UI.

Saya duduk, seraya menghibur diri, tenang-tenang, insyallah Nanti Tuhan Bantu (NTB). Saya anngap semua ini sebagai batu uji untuk belajar lebih tekun mempersiapkan seleksi masuk selanjutnya. Setelah itu, saya menyiapkan kembali rencana selanjutnya, mencari kampus negeri masuk dalam daftar list pemberi beasiswa LPDP.

Berlabuh di IPB

Saya tidak pernah berpikir sebelumnya untuk mengambil pilihan S2 dikampus, yang dikenal dengan berbagai hasil risetnya dalam bidang pertanian ini. Waktu itu, tentu menentukan pilihan ke kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan berat bagiku. Namun dengan berbagai pertimbangan dan masukkan dari berbagai senior dengan segala keyakinan. Aku mempersiapan segala kelengkapan masuk IPB.

Syarat di IPB sangat berbeda dengan kampus UI. IPB, aku harus membuat surat rekomendasi dari salah seorang dosen dan tempat kerja (bagi yang telah bekerja). Rekomendasi dan syarat perlengakapan lainnya. Tanpa membutuhkan waktu panjang, segala syarat-syarat masuk aku penuhi dalam waktu singkat.

Dari surat rekomendasi, surat penjamin biaya kuliah dan segala biaya lainnya. Berkat bantuan seorang senior dikantor tempat, saya bekerja (Muhammad Sapwan) segala urusan sangat membantuku. Segala syarat telah saya penuhi. Dalam hati saya hannya bisa berharap agar kali ini tidak gagal lagi masuk di IPB.

Tanpa proses panjang, dalam waktu dua minggu, saya pun telah dinyatakan diterima. Saya tidak tahu, apa pertimbangan dari kampus di Dramaga, Bogor ini?. Saya hannya berharap, agar secepatnya masuk kuliah, menempa diri belajar bersama mereka para begawan kampus pencetak pemikir pertanian bangsa ini.

Segala urusan di Mataram sudah saya persiapan. Pekerjaan di Program Unggulan, saya selesaikan. Tepatnya, bulan Agustus 2015. Akhirnya, saya berangkat menuju Bogor. Kampus baruku saat ini, tempat saya akan habiskan waktu untuk menimba pengetahuan, dan bermimpi setinggi-tinggi. Saya sadar, masuk dunia kampus bagi orang sudah bekerja bertahun–tahun tidak mudah yang dibayangkan.

Mereka yang mampu mendapatkan nilai IPK tertinggi, akan menjadi jawaban paling pintar diantara mahasiswa lainnya. Melihat dunia yang sangat berbeda dari dunia sebelumnya. Berjibaku dengan berbagai deadline tumpukkan tugas yang dalam jangka tertentu harus diselsaikan.

Perintah seorang dosen menjadi ucapkan sakti yang tak berani dibantah. Tak terkecuali juga bagiku, tidak ada pilihan, selain berdamai dengan perintah dosen. Bagiku, ini adalah pilhan yang sudah saya rencanakan dari sebelumnya. Mulai hari ini, tiap minggu, saya harus menyiapkan makalah, dan paper untuk dibagikan dalam pertemuan bersama sahabat baruku. Tentu ini menjadi satu hal yang memberatkan bukan?  

Dalam perjalanan ini, saya ingin belajar menuai hikmah dari memetik setiap pengalaman dari titik dalam perjalanan singkat menempa diri di IPB. Saya bertemu keluarga baru, yang setiap saya terlambat mengumpulkan tugas. Mereka membantu satu sama lain. Ketika salah satu diantara kami sakit, keluarga baruku merangkul dalam segala keterbatas. “Jika ingin berlari cepat, maka larilah sendiri. Namun, jika hendak berlari jauh, maka larilah bersama-sama". Kira-kira begitulah kutipan dari sahabatku Ibnul asal Makasar.

Saya masuk IPB bersama dan ingin pergi meninggalkan IPB bersama-sama. Begitulah prinsip yang kami bangun dengan puluhan sahabat baruku. Berlabuh di IPB membuatku menemukan proses belajar untuk tak terbiasa bekerja sendiri dalam banyak hal.  

Dunia kampus adalah tempat persingahan sementara untuk menempa diri lalu kemudian kemana gerangan kita akan berlabuh. Prestasi akademik dikampus terkadang tak memiliki pengaruh apapun ke arena balapan hidup sesungguhnya. Hingga pada akhirnya, intraksi kehidupanlah yang kemudian akan menempa dan mencatat apakah seseorang akan jadi yang terbaik atau tidak. Dunia tidak akan pernah mau peduli dengan prestasi akademik seseorang. Kehidupan akan hannya mencatat mereka yang mengasah diri menempatkan tujuan orang lain pada hidupnya, dan berbuat banyak hal pada masyarakat banyak.

Akhirnya, saya berlabuh dikampus IPB bogor, Dramaga, untuk kali pertama. Saya memasuki dunia baru, yang selama ini jauh dari perkiraanku sebelumnya. Saya hannya bisa berharap Allah SWT, akan memberikan ketabahan dan memberikan cahaya baru dalam perjalananku ini. Amin []

Bogor, 8 November 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun