Saya tidak pernah berpikir sebelumnya untuk mengambil pilihan S2 dikampus, yang dikenal dengan berbagai hasil risetnya dalam bidang pertanian ini. Waktu itu, tentu menentukan pilihan ke kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan berat bagiku. Namun dengan berbagai pertimbangan dan masukkan dari berbagai senior dengan segala keyakinan. Aku mempersiapan segala kelengkapan masuk IPB.
Syarat di IPB sangat berbeda dengan kampus UI. IPB, aku harus membuat surat rekomendasi dari salah seorang dosen dan tempat kerja (bagi yang telah bekerja). Rekomendasi dan syarat perlengakapan lainnya. Tanpa membutuhkan waktu panjang, segala syarat-syarat masuk aku penuhi dalam waktu singkat.
Dari surat rekomendasi, surat penjamin biaya kuliah dan segala biaya lainnya. Berkat bantuan seorang senior dikantor tempat, saya bekerja (Muhammad Sapwan) segala urusan sangat membantuku. Segala syarat telah saya penuhi. Dalam hati saya hannya bisa berharap agar kali ini tidak gagal lagi masuk di IPB.
Tanpa proses panjang, dalam waktu dua minggu, saya pun telah dinyatakan diterima. Saya tidak tahu, apa pertimbangan dari kampus di Dramaga, Bogor ini?. Saya hannya berharap, agar secepatnya masuk kuliah, menempa diri belajar bersama mereka para begawan kampus pencetak pemikir pertanian bangsa ini.
Segala urusan di Mataram sudah saya persiapan. Pekerjaan di Program Unggulan, saya selesaikan. Tepatnya, bulan Agustus 2015. Akhirnya, saya berangkat menuju Bogor. Kampus baruku saat ini, tempat saya akan habiskan waktu untuk menimba pengetahuan, dan bermimpi setinggi-tinggi. Saya sadar, masuk dunia kampus bagi orang sudah bekerja bertahun–tahun tidak mudah yang dibayangkan.
Mereka yang mampu mendapatkan nilai IPK tertinggi, akan menjadi jawaban paling pintar diantara mahasiswa lainnya. Melihat dunia yang sangat berbeda dari dunia sebelumnya. Berjibaku dengan berbagai deadline tumpukkan tugas yang dalam jangka tertentu harus diselsaikan.
Perintah seorang dosen menjadi ucapkan sakti yang tak berani dibantah. Tak terkecuali juga bagiku, tidak ada pilihan, selain berdamai dengan perintah dosen. Bagiku, ini adalah pilhan yang sudah saya rencanakan dari sebelumnya. Mulai hari ini, tiap minggu, saya harus menyiapkan makalah, dan paper untuk dibagikan dalam pertemuan bersama sahabat baruku. Tentu ini menjadi satu hal yang memberatkan bukan? Â
Dalam perjalanan ini, saya ingin belajar menuai hikmah dari memetik setiap pengalaman dari titik dalam perjalanan singkat menempa diri di IPB. Saya bertemu keluarga baru, yang setiap saya terlambat mengumpulkan tugas. Mereka membantu satu sama lain. Ketika salah satu diantara kami sakit, keluarga baruku merangkul dalam segala keterbatas. “Jika ingin berlari cepat, maka larilah sendiri. Namun, jika hendak berlari jauh, maka larilah bersama-sama". Kira-kira begitulah kutipan dari sahabatku Ibnul asal Makasar.
Saya masuk IPB bersama dan ingin pergi meninggalkan IPB bersama-sama. Begitulah prinsip yang kami bangun dengan puluhan sahabat baruku. Berlabuh di IPB membuatku menemukan proses belajar untuk tak terbiasa bekerja sendiri dalam banyak hal. Â
Dunia kampus adalah tempat persingahan sementara untuk menempa diri lalu kemudian kemana gerangan kita akan berlabuh. Prestasi akademik dikampus terkadang tak memiliki pengaruh apapun ke arena balapan hidup sesungguhnya. Hingga pada akhirnya, intraksi kehidupanlah yang kemudian akan menempa dan mencatat apakah seseorang akan jadi yang terbaik atau tidak. Dunia tidak akan pernah mau peduli dengan prestasi akademik seseorang. Kehidupan akan hannya mencatat mereka yang mengasah diri menempatkan tujuan orang lain pada hidupnya, dan berbuat banyak hal pada masyarakat banyak.
Akhirnya, saya berlabuh dikampus IPB bogor, Dramaga, untuk kali pertama. Saya memasuki dunia baru, yang selama ini jauh dari perkiraanku sebelumnya. Saya hannya bisa berharap Allah SWT, akan memberikan ketabahan dan memberikan cahaya baru dalam perjalananku ini. Amin []