Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Joki Cilik Kuda Pacuan Sumbawa

24 Oktober 2015   20:42 Diperbarui: 24 Oktober 2015   21:42 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Si Joki Cilik Pacuan Kuda, Sumbawa foto, Ahyar ros"][/caption]

Ia akrab dipanggil Hendra. Umurnya genap 10 tahun pada 11 Februari 2013. Pria cilik ini dengan tinggi tubuh 100 cm itu masih duduk di kelas 3 sekelas dasar kecamatan Woha, kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat teman-temanya sebaya memperoleh uang saku dari orangtuanya. Hendra sudah memberikan “Uang saku” Kepada bundanya. Itu sejak hendra menjadi joki kuda pacuan Sumbawa.

Ketika saya berdiri menyaksikan lansung pacuan si joki Hendra telah telah berdiri di pinggir arena pacuan kuda di Desa Panda, kecamatan Pabibelo, kabupaten Bima. Tubuh kecilnya dibalut kaus perlengkapan panjang dan celana olahraga. Kepalanya di tutupi wajah sehingga hannya mata dan mulutnya yang terlihat.

Di kepalanya bertengger sebuah helm berbahan dari gabus. Bertelanjang kaki, Hendra bergegas menuju titik awal lomba pacuan Kuda Sumbawa. Teriakan keras para perawat kuda pacu saling bersahutan sembari menghela sang kuda menandai di mulainya pacuan Kuda. Bersaing dengan 6 joki lainnya, Hendra sempat tercecer dari urutan buncit pada 200 meter pertama.

Namun, begitu melewati separuh lintasan, Hendra bisa memacu 507 berlari lebih kencang hingga meninggalkan kuda-kuda joki cilik lainnya. Ia hannya memerlukan 145 menit detik untuk menempuh lintasan 1.400 meter. Tidak ada kepalan tangan menuju langit atau teriakan kegirangan dari Hendra sebagai penanda kemenangan.

[caption caption="Hendra si Joki Cilik foto, Ahyar ros"]

[/caption]

Wajah dingin saat turun dari Kuda, sesekali ia mengibas-gibaskan tangan ke celana yang penuh dengan debu dan bulu Kuda. Istilah joki cilik menjadi panggilan akrab bagi penjoki di lintasan pacuan Sumbawa. Sebagian dari joki Cilik rata-rata berumur 7-12 tahun. Syarat menjadi Joki Cilik pun sangat sederhana, berbadan kecil, pukulan keras dan tidak takut dengan kuda.

Sedangkan syarat terakhir biasanya terpenuhi apabila sang ayah joki cilik adalah kuda atau kusir Benhur alias Delman. Lantas kemudian apa imbalan seorang joki cilik? Seorang sahabat dekat menceritakan bayaran untuk sang joki. Bayaran sang joki berkisar dari Rp 25.000 –Rp 50.000 untuk satu kali putaran. Besarnya bayaran joki pun tergantung dari reputasi si joki.

Bila joki sering membawa Kuda luar bisa memperoleh bayaran Rp 50.000 per satu putaran. Selain itu, harga sang joki dapat melonjak berlipat-lipat bila kuda berlomba pada kejuaraan besar sekelas piala Bupati, Gubernur atau perayaan besar seperti setiap 17 Agustus. Dibalik pacuan sang joki tidak setimpal dengan bayaran yang diterima, mereka harus bertaruh nyawa di atas kuda.

Terluka dan patah kaki menjadi pengalaman yang pernah mendera Hendra. Hendra terus ingin bergelut dan mengadu nasib menjadi Joki Cilik.

Sumbawa, 19 Maret 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun