Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Marwan Hakim) Inspirator dari Kampung Media

21 Oktober 2014   20:48 Diperbarui: 20 Oktober 2015   00:21 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_348915" align="aligncenter" width="448" caption="Marwan Hakim sang Inspirator, sumber Kampung Media"][/caption]

Kita membuat sejarah atas diri dan lingkungan sekitar kita. Sejarah masa lalu boleh buruk, tetapi kita tidak boleh meninggalkan sejarah yang sama untuk penerus kita,” kata Marwan Marwan merupakan salah satu dari lomba penerima apreasi PT. Astra Internasional tbk dan program satu Indonesia Awards 2013, ia masuk dalam katagori pendidikan.

Empat katagori lainnya kesehatan, lingkungan, teknologi dan wirausaha. Bersama keluarganya, Marwan hakim di desa Aikperapa, sekitar 15 kilometer arah selatan gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia mengambarkan bahwa kemiskinan, pendidikan rendah dan perkawinan dini menjadi gambaran suram masyarakat di desanya. Infrastruktur yang buruk pun menambah beban. Listrik misalnya genap setahun dialirkan ke desa itu. “Kondisi demikian menjadikan kami susah maju.

Keterwakilan warga kami di desa saja susah. Kami terasa punya kapasitas karena tahu wilayah kami terbentur legalitas,” katanya. Ia menunjukan ijazah pendidikan formal untuk mengambarkan legalitas. Hingga 2002, hannya ada satu sekolah di desanya. bahkan waktu itu hannya ada satu sarjana di Aikmel. Kehidupan sebagai petani pengarap perkebunan dengan akses terbatas seakan tidak memberikan warga desa berkembang. Lulus sekolah dasar, warga lansung kembali ke keluarga, menjadi petani dan peladang.

Untuk sekolah di tingkat SMP dan SMA, mereka harus menempuh jarak 7 kilometer-10 kilometer ke pusat kecamatan. Mereka yang punya modal tanah luas memilih menjualnya, untuk kemudian menjadi tenaga kerja di luar negeri. “Kaum tetua berpendapat, tak ada gunanya warga berpendidikan tinggi. Kaum perempuan lebih apes karena mereka rata-rata menikah pada usia muda. Banyak dari mereka yang menjadi TKI katanya.

Bersinar Lewat Kampung Media

Selain Ketua Yayasan Pondok Pesantren Riyadul Falah. Ia aktif menebar semangat lewat Komunitas Kampung Media, Aikprape. Dari kegiatan mengajar mengaji dan memberikan ceramah pun ditulis lewat website www.kampung-media. com. Tak lama kemudian gayung pun bersambut, Dishubkominfo NTB dan Komunitas Kampung Media di sepuluh kabupaten Kota mendorong untuk ikut menjadi peserta “Indonesia Satu”. “Berkat dukungan dari teman-teman Kampung Media, alhamdulillah saya masuk menjadi final dan juara di “Indonesia Satu Awards”.

Cerita Marwan sambil mengenang perjalanannya. Marwan mengakui, kerja sama sebagai penggelo Pelayanan Internet Kecamatan (PLIK ) dari Kampung Media sangat terbantu, “Senang rasanya melihat anak-anak di sini bisa pegang computer dan bercengkrama dengan Internet, namun siswa sebelumnya tak berinternet” katanya. Disela-sela menjadi kesibukan menjadi pengelola Kampung Media, Marwan selalu memberikan semangat ke-200 siswanya untuk selalu bermimpi menjadi orang besar dan bermanfaat bagi semua orang.

Ia merasa bangga, sejumlah alumni sekolahnya bisa kuliah di sejumlah universitas di Lombok dan beberapa kota di pulau Jawa. Ia yakin, mereka akan menjadi agan-angan perubahan di desanya kelak. Perjuangan Marwan dan kawan-kawanya tak berhenti sampai di sini. Mereka terus mengobarkan semangat belajar hinga ke dusun lain.

Salah satunya di dusun Bornong, desa tertinggi di kaki gunung Rinjani. Lokasinya tepat di pinggir kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Masyarakat dusun itu meminta kepada Marwan agar membuka sekolah baru di dusun tersebut. Kondisi infrastruktur yang baik menyusahkan mereka untuk bersekolah ke dusun Aikperapa.

Marwan mengungkapkan, semangat anak Bornong tidak kalah tinggi dari anak-anak di dusunnya, padahal, mereka belum punya ruang kelas yang dapat dikatakan layak. Al-hasil, kegiatan belajar mengajar dilakukan di lesehan sebuah rumah yang dipinjam dari warga setempat. “Lonceng sekolah juga terbuat dari piring kaleng bekas yang sudah karatan. Di tengah suasana amat terbatas itu, semangat perubahan waarga terus menggema, “katanya.

Marwan bertekad memperluas gaung semangatnya lewat Kampung Media terus-menerus. Komputer dari Kampung Media akan dipergunakan untuk mengembangkan media di sekolah. Setiap melihat mata berbinar-binar dari anak yang menyalaminya, dia melihat masa depan yang lebih baik. Ia membuat sejarahnya dan sejarah anak-anak setempat. Terima Kasih “Kampung Media”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun