Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Borobudur, Penasaran yang Terobati

31 Desember 2014   06:20 Diperbarui: 20 Oktober 2015   00:24 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_362423" align="aligncenter" width="300" caption="Borobudur salah satu keajaiban dunia, foto; Ahyar ros"][/caption]

Dua tahun lalu, saya telah berjanji pada diri sendiri untuk menyempatkan waktu untuk mengunjunggi candi Borobudur, namun sayang rencankan itu tidak pernah kesampaian. Kata-kata penasaran selalu terucap. Ya didasari rasa penasaran itulah mengantarkan saya menuju Magelang, di mana lokasi Borobudur berada. Saya lansung bisa menyaksikan salah satu keajaiban dari tujuh dunia ini.  Saya relakan tubuh terguyur hujan, bahkan sampai bertarung macet dijalur Magelang menuju arah Borobudur.

Yogyakarta dan candi brobudur menyuguhkan kombonasi indah anatara peninggalan masa lalu dan pesona masa kini yang luar biasa. Dalam hati kecil, saya sangat beruntung bisa melihat lansung tempat ini, sekaligus menjelajahi kemoderanan kota hingga tradisi kuno nan mistis. Tepat dengan terbitnya matahari di ufuk timur, saya pun berjalan diantara stupa-stupa candi Borobudur.

[caption id="attachment_362424" align="aligncenter" width="300" caption="Wisatawan lokal tengah selfian di Borobudur, foto; Ahyar ros"]

14199562791654381998
14199562791654381998
[/caption]

Menatap dari jauh, decak kagum saya Borobudur pun kian terobati. Rasa penasaran, tak hannya sebuah mimpi lagi. Saya selalu percaya dengan kekuatan sebuah mimpi "Jika kau bermimpi maka, tuhan dan alam pun akan mendukungmu". Begitulah petuah bijak dari sebuah novel, The Alchemist karya fenomenal sastrawan Brasil, Paulo Coelho.

Burung-burung walet bertebrangan di udara, sementara adzan magrib terdengar dari salah satu surau yang tak jauh dari candi. Sungguh momen damai dan menenangkan, hingga sangat disayangkan untuk dilewati begitu saja. Banyak wisatawan yang datang ke tempat ini, namun tujuan utama mereka adalah untuk melihat keajaiban Borobudur, salah satu situs suci dan menakjubkan.

Borobudur dikenal sebagai candi terbesar dan tertua di dunia, bahkan lebih tua dari Angkor Wat di Kamboja. Borobudur terus dikenang hingga berabad-abad lamanya. Ketika penjajah Belanda menemukan candi pada abad ke -9 ini, candi ini saat itu tertutup dengan tumbuhan dan abu vulkanik hingga bertahun-tahun lamanya.

Alhasil pada tahun 1982, Borobudur direnovasi hingga menjadi sekarang ini. Kini, 72 stupa yang terbentuk lonceng ini menjadi salah satu peninggalan warisan budaya Jawa. Yang terkena bagi pemeluk agama budha, dari seluruh dunia berziarah ke tempat ini, menaiki tangga yang banyak dari arah depan dan turun lewat tiga undakan yang mewakili keinginan, wujud dan tak wujud.

Yogyakarta and the nearby temple at Borobudur

Provide and incredible combination of old and new.

Explores a city that brings a cosmopolitan edge to ancient, mystical tradition.

Gunung merapi yg megah tampak membayang melatarbelakangi candi. Gunung setinggi 3.000 meter itu selalu mengeluarkan asap setiap tahun. Walaupun memiliki reputasi yang cukup mendebarkan tak pelak ribuan orang tinggal di lereng gunungnya karena kekuatan mistis dan tanahnya yang subur.

Saya tidak jadikan macet dan hujan jadi masalah menuju candi Borobudur. Berdiri pada puncak, saya menyaksikan ribuan wisatawan lokal dan mancanegara berdatangan ke Borobudur, hannya sekedar berfose untuk mengabdikan perjalanan mereka.

Dalam hati kecilku berkata, orang pun rela datang dari segala penjuru dunia, asia bahkan orang-orang Eropa. Lalu kenapa saya harus memberangkan kaki menuju ke tepat ini?. Kemudian, bagaimana dengan anda, apakah kaki, pikiran anda hendak datang ke Borobudur.

Yogyakarta, 29 Desember 2014

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun