Mohon tunggu...
Ahmad Humaidi
Ahmad Humaidi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Mulai Menulis Dari MEDIA NOLTIGA (FMIPA UI), Sriwijaya Post, magang Kompas, Sumsel Post hingga sekarang tiada berhenti menulis... Menulis adalah amalan sholeh bagi diri dan bagi pembaca sepanjang menulis kebenaran dan melawan kebatilan.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpolitik Jangan Bawa Agama

12 Oktober 2018   07:28 Diperbarui: 12 Oktober 2018   07:43 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan bawa2 agama dalam politik. Pisahkan agama dari politik. Jangan bawa2 agama dalam berdagang. Jauhkan agama dari dagang. Bahkan jangan beragama karena beragama warisan atau peninggalan manusia2 zaman purbakala. Kini zaman modern dan kemajuan. Enggak perlu agama.

Kampanye begitu hanya mengarah kepada agama Islam dan Muslim. Sebab hanya agama Islam yang mewajibkan penganutnya membawa-bawa agama kemanapun dan dimanapun. Dari masuk masjid hingga masuk toilet. Dari muka bumi hingga masuk dalam bumi.

"...janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim." (Ali Imran 3: 102). Begitu Allah mengingatkan hamba2 Nya. Berarti agama Islam bukan saja harus dibawa-bawa ke mana2 dan di mana2 tapi juga dibawa-bawa masuk dalam kubur bersama jasad manusianya berupa keimanan kepada Allah Maha Kuasa yang tidak kelihatan.

Dengan demikian agama bukan pada kerandanya yang bertulisan "La Ilaha Ilallah". Agama juga bukan pada pakaian kafannya yang putih. Tapi agama ada di dalam diri manusianya yang masuk dalam kubur yang tidak kelihatan oleh siapapun yang mengantarkannya ketika masuk dalam kubur. Agama tinggal bersama manusianya selama-lamanya.

Mungkin banyak orang menganggap jenasah yang dikafaninya, dishalatkannya dan dibawanya dalam keranda bertulisan kesaksian kepada Allah berarti jenasah membawa agama masuk dalam kubur. Banyak orang menyaksikannya selagi hidupnya sebagai Muslim sehingga matinya juga pasti dalam keadaan Muslim. Jadi otomatis janasah membawa-bawa agamanya masuk dalam kuburannya.

Di sisi lainnya jenasah itu selagi hidupnya seringkali meninggalkan agamanya ketika berpolitik, berdagang dan beraktivitas. Agamanya baru dibawa-bawa ketika masuk dalam masjid, tahlilan dan pernikahan. 

Malahan saat bermaksiat sebenarnya setiap orang yang mengaku Muslim tidak lagi dianggap beragama. Kalau bermaksiat bawa2 agama maka pastilah tidak akan jadi bermaksiat atau menghentikan maksiatnya begitu bawa2 agama dengan mohon ampun dan bertaubat kepada Allah.

Saat2 kematian seseorang adalah saat pembuktian bagi seseorang, apakah dia suka bawa2 agama atau dia suka pisahkan dan tinggalkan agama alias tidak beragama?

Bagi mereka yang mati dalam keadaan bermaksiat pastilah mati dalam keadaan tidak bawa2 agama. Bisa tergolong kafir. Bagi mereka yang mati dalam keadaan taat pasitlah mati dalam keadaan bawa2 agama. Bisa tergolong beriman.

Hanya mereka yang selalu bawa2 agama saja yang punya peluang besar mati dalam keadaan bawa2 agama. Sebaliknya mereka yang suka memisahkan agama maka peluangnya mati dalam keadaan bawa2 agama sangatlah kecil. Terbuka peluang besar baginya mati dalam keadaan tidak bawa2 agama.

Kampanye jangan bawa2 agama dalam politik terus digaungkan dari hari ke hari menjelang puncak Pilpres 2019. Agama itu suci sedangkan politik itu kotor karenanya biarlah agama di masjid saja jangan dibawa dalam politik. Kalau agama dibawa ke politik nanti menjadi kotor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun