Hari2 menjelang Pilpres 2019 rakyat pemilih mengerucut menjadi tiga kelompok besar. Masing2 kelompok pemilih Jkw, kelompok Prabowo dan kelompok yang tidak memilih siapapun alias golput.
Pada masa2 kampanye hanya ada dua kelompok yang kelihatan secara kasat mata karena terlibat dan mengikuti kampanye dari masing2 capres. Di tempat kampanye masing2, kelompok Jkw mengelu-elukan Jkw, kelompok Prabowo mengelu-elukan Prabowo.
Bisa jadi tampak pada penglihatan kelompok Jkw lebih banyak dari kelompok Prabowo. Bisa jadi juga kelompok Jkw lebih sedikit dari kelompok Prabowo. Tidak pula tertutup kemungkinan keduanya kelompok sama banyaknya sehingga sulit menentukan siapa paling banyak.
Meski satu kelompok kelihatan banyak tidak lantas sebanyak yang dilihat itu sebanyak itu pula yang memilih waktu berada di bilik suara. Begitu pula satu kelompok kelihatan sedikit tidak lantas sedikit yang dilihat itu sedikit itu pula yang memilih waktu berada di bilik suara.
Tidak ada seorangpun mengetahui seseorang memilih siapa di antara Jkw dan Prabowo. Benar2 rahasia dan mungkin juga goib. Bisa saja yang kelihatannya kampanye untuk Jkw tapi waktu memilih mencoblos Prabowo. Sebaliknya kelihatannya kampanye untuk Prabowo tapi waktu memilih mencoblos Jkw. Pokoknya hanya orang itu dan Tuhannya saja yang mengetahui.
Kerahasiaan bilik suara adalah penting dan menentukan buat menjaga kebebasan dan kerahasiaan rakyat pemilih untuk memilih siapa yang mau dipilihnya. Pendukung dan pemilih sejati dari Jkw dan Prabowo baru benar2 ketahuan identitas ketika berada di dalam bilik suara. Dia mencoblos sesuai dengan pilihan dari suara hatinya sendiri tanpa paksaan siapapun.
Kerahasiaan itu harus benar2 dijaga jangan sampai menjadi tidak rahasia lagi. Biarlah hanya orang itu dan Tuhannya saja yang tahu. Jangan ada upaya2 untuk bisa mengetahui siapa memilih siapa dengan memasang CCTV di bilik suara. Karena akan merusak suasana Pilpres yang jujur dan adil menjadi tidak jujur dan tidak adil. Padahal kejujuran dan keadilan menjadi modal besar bagi presiden terpilih  untuk menjalankan kewajiban presidennya dengan sebaik-baiknya.
Bilik suara mungkin menyerupai bilik pengakuan dosa. Tiap orang yang memberi pengakuan dosa hanya dirinya yang tahu dan pastornya. Dalam hal ini pastor layaknya menjadi wakil tuhan meskipun sebenarnya hanya manusia serupa manusia2 lainnya.
Apa jadinya kalau tidak ada kerahasiaan lagi di bilik suara? Jadi setiap orang bisa mengetahui siapa memilih capres siapa apakah Jkw atau Prabowo. Berakibat setiap saksi bisa mengetahui secara langsung hasilnya yang menjadi peraih suara terbanyak. Tidak perlu lagi pake acara hitung2an suara.
Cara begitu bisa diberlakukan di masyarakat yang suka berterus-terang, jujur dan adil. Tidak ada lagi dusta di antara mereka. Apa yang dikatakan itu pula yang diperbuatnya. Pilih Jkw maka saat di bilik suara juga mencoblos Jkw. Pilih Prabowo maka saat di bilik suara juga mencolos Prabowo. Tidak ada perbedaan pilihan saat berada di  luar bilik suara dengan saat berada di bilik suara.
Hanya saja masyarakat begitu boleh dikatakan tidak pernah ada di muka bumi. Lagi pula sudah merupakan tabiat manusia memang suka menyimpan rahasia di dalam hatinya. Terlebih rahasia berupa keburukan, kejahatan dan kecurangan dirinya sehingga merugikan dirinya dan orang2 lainnya. Berusaha menyembunyikannya sedalam-dalamnya hingga ke bawah alam sadar.