"Kang. Tidak jadi batal. Rendy minta maaf kepada calon istrinya si Des. Gara-gara berprasangka buruk. Nyaris keduanya bertengkar habis-habisan untunglah ada yang mendamaikan dan meluruskan persoalan yang terjadi selama ini hingga benar-benar clear. Waduh Umi enggak sabaran lagi menimang cucu," lapornya berapi-api tanpa kenal berhenti kayak kereta api bebaranjang sampaipun di meja makan dan di tempat tidur.Â
Bisa jadi saat aku terlelap tidur dan bermimpi indah dari mulut istriku masih saja tetap  berbunyi mendendangkan lagu rindu bakal menimang-nimang cucu yang entah kapan karena pernikahan saja belum terjadi. Masih beberapa bulan lagi ke depan. Angan-angan memang panjang. Jauh lebih panjang dari hibup manusia itu sendiri.
Dari omongan istriku yang tidak pernah aku dengar karena keburu tertidur, rupanya si Des juga menerima sms serupa sms buat anakku berisikan fitnah. Tertulis di dalamnya, "Saya kawan sekelas Rendy di SMA Jakarta. Dari hati paling dalam menginginkan Anda yang calon istrinya tidak kecewa dan baik-baik saja bilamana menjadikan teman saya itu sebagai suamimu. Bersabarlah. Karena Rendy selepas SMA berpacaran dengan kawan kelasnya hingga hamil dan kini memiliki seorang anak hasil hubungan gelapnya dengan kawan saya itu. Kini dia juga menuntut pertanggungan jawabnya. Â Saya kabarkan ini karena saya kasihan dengan Anda. Jadi sebelum terlambat putuskan saja mengingat Anda adalah perempuan baik-baik sebagaimana yang saya ketahui dari kawan-kawan Anda..."
Dengan demikian cobaan buat si Des jauh lebih dahsyat lagi dibandingkan anakku. Karena ada perempuan membawa anak kecil mengaku-aku sebagai istrinya Rendy langsung menemuinya di rumahnya. Bahkan perempuan itu sambil menangis karena telah ditelantarkan Rendy tanpa nafkah apapun layaknya bunyi pepatah habis manis sepah dibuang. Berakibat Desi dan keluarganya harus menanggung malu luar biasa setelah mendengar pengakuan wanita itu yang kemudian pergi begitu saja dan menghilang entah ke mana meski sudah dicari ke mana-mana.
Desi begitu sabar menghadapi cobaan. Tidak uring-uringan serupa anakku. Dia hadapi cobaan dengan menegakkan shalat istikhoroh dan berdoa kepada Tuhannya di tengah malam selagi dunia sunyi dan senyap serta seluruh penghuni rumahnya tertidur lelap di pembaringan masing-masing. Tak lama terlintas sebuah ayat  berbunyi, "....wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yangbaik untuk wanita yang baik."***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H