Mohon tunggu...
Ahmad Humaidi
Ahmad Humaidi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Mulai Menulis Dari MEDIA NOLTIGA (FMIPA UI), Sriwijaya Post, magang Kompas, Sumsel Post hingga sekarang tiada berhenti menulis... Menulis adalah amalan sholeh bagi diri dan bagi pembaca sepanjang menulis kebenaran dan melawan kebatilan.....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Ganti Presiden" Merosot, "Siaga Terorisme" Meroket

19 Mei 2018   17:18 Diperbarui: 19 Mei 2018   17:33 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemberitaan #2019GantiPresiden bermunculan. Bahkan meroket ketika Presiden Jokowi bilang kaos tidak bisa menggantikan presiden. Di mana2 orang membicarakannya buat menyongsong Pilpres 2019.

Meski begitu belum mengetahui siapa nama presiden penggantinya secara pasti. Hanya bayang2 saja yaitu capres yang kalah suara dalam Pilpres 2014. Layaknya mengulangi lagi final kejuaraan sepakbola Piala Eropa antara kesebelasan Jerman melawan Belanda.

Pilpres pasca reformasi memungkinkan terjadinya pergantian presiden. Kalau pun tidak ada pergantian presiden hanya dibatasi dua periode saja. Presiden Megawati hanya bisa satu periode karena digantikan Presiden SBY. Tapi Presiden SBY bisa dua periode baru kemudian digantikan Presiden Jokowi.

Kini Presiden Jokowi menginginkan dua periode seperti presiden yang digantikannya. Begitu pula parpol2 pendukungnya menginginkan hal serupa.

Belum lagi ketahuan siapa nama capres dalam Pilpres 2019, telah muncul aspirasi ganti presiden. Dengan kata lain Presiden Jokowi cukup satu periode saja digantikan presiden baru. Meski bisa jadi juga nantinya presiden baru menginginkan dua periode. Bahkan tidak tertutup kemungkinan muncul pula aspirasi ganti presiden.

Dengan demikian sepanjang jabatan presiden dibatasi dua periode sepanjang itu pula aspirasi ganti presiden akan terus bergulir di negeri ini. Barulah berhenti bilamana konstitusi hanya membatasi waktu jabatan presiden satu periode biar setiap presiden tidak lagi menginginkan dua periode. Biar tidak ada lagi aspirai ganti presiden bermunculan terus-menerus.

Memang tidak ada larangan menjabat presiden dua periode pun tidak ada larangan menginginkan ganti presiden. Keduanya sejalan dengan konstitusi. Termasuk berusaha menjabat presiden dua periode atau menggantikan presiden secara konstitusional.

Dalam perkembangannya aspirasi ganti presiden berubah menjadi gerakan sosial dimotori parpol oposisi PKS dan Gerindra. Bermunculan kaos, souvenir dan spanduk bertulisan ganti presiden. Membentuk barisan panjang di jalan2 dalam Car Free Day pada hari libur.

Parpol2 posisi di antaranya PDIP dan Golkar termasuk Presiden hasil Pilpres 2014 bereaksi keras menghadapi gerakan ganti presiden. Bermunculan aspirasi tetap presiden di mana2 dan ke mana2. Gerakan tetap presiden tidak hanya eksis dalam gambar dan tulisan serta iklan tapi juga dalam kenyataan di jalan2 berusaha mengimbangi gerakan ganti presiden.

Menghadapi Pilpres tahun depan, bangsa Indonesia terbelah dua, sebagian berada dalam barisan ganti presiden sebagian lagi berada dalam barisan tetap presiden. Serupa penonton Piala Eropa di mana sebagian penonton mendukung kesebelasan Jerman dan sebagian penonton lainnya mendukung kesebelasan Belanda.

Pada puncaknya selalu ada yang menang dan selalu ada yang kalah. Yang menang gembira. Yang kalah bersedih. Yang memang tidak mungkin bersedih. Yang kalah tidak mungkin gembira. Termasuk juga penonton pendukung dari masing2 kesebelasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun