KUDUS -- Puisi yang berhasil adalah puisi yang memiliki daya gugah bagi pembaca atau orang lain. Harus ada gagasan atau pesan yang ingin disampaikan. Puisi tidak hanya berupa untaian kata indah, tapi ada pesan yang ingin disampaikan.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Emi Suy, Penyair Jakarta dalam acara Webinar Sastra bertema "Proses Kreatif Penyair Wanita" yang diadakan oleh Himpunan Sarjana Kesusastran Indonesia (HISKI) komisariat Universitas Muria Kudus (UMK) bekerjasama dengan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMK secara daring  pada Rabu (22/12) malam.
Acara ini diselenggarakan untuk memperingati hari Ibu yang biasa diperingati setiap tanggal 22 Desember. Acara yang dimoderatori oleh dosen cantik Mila Roysa, M.Pd. tersebut dihadiri oleh sekitar 250 peserta, baik dari mahasiswa PBSI Universitas Muria Kudus, Pecinta Sastra, dan juga msyarakat umum di berbagai pelosok nusantara.
Emi Suy mengungkapkan proses kreatif yang ia lakukan dalam menulis puisi. Termasuk bagaimana sumber atau inspirasi Emi Suy dalam membuat puisi.
"Proses kreatif yang biasa saya alami diantaranya Pertama dengan melakukan pengendapan dan kontemplasi. Kemudian tuliskan puisi dengan menggunakan estetika bahasa puitik yang dipilih, lalu lakukan revsi jika diperlukan setelah kontemplasi kembali. Selanjutnya  lakukan diskusi dengan sahabat yang dipercaya terkait puisi yang dibuat.  Setelah itu proses finalisasi, apakah  puisi mirip dengan puisi orang atau tidak. puisinya sudah memiliki daya gugah atau belum," kata Emi Suy yang juga pendiri Jagat Sastra Milenia.
Penyair yang juga sebagai redaktur sastramedia.com itu  mengungkapkan, setidaknya ada 6 sumber inspirasi yang ia dapatkan dalam menulis puisi.  Pertama ia  terinspirasi membuat puisi dari pengalaman pribadi, kedua dari pengalaman orang lain, ketiga fenomena sosial, keempat dari lingkungan hidup, kelima imajinasi sendiri, dan keenam dari even atau kegiatan khusus.
"Untuk menjadi penulis yang produkti dan konsisten tipsnya kita harus rajin membaca, membaca buku membaca peristiwa, lalu menulis puisi. Menjaga ketekunan dalam menulis dengan berlatih menulis setiap hari. Menjaga mood tidak mudah. Kalau kita sudah melakukan pembiasaan, bertekad menulis, Â nanti juga akan terbiasa dan menjadi produktif," tambah perempuan yang pernah mendapatkan nominator sayembara buku puisi pada gelaran Hari Puisi Indonesia 2020 dari buku berjudul "Api Sunyi".
Saya pernah menulis Puisi berjudul "Menanak Usia: Ibunda Pamudji" puisi tersebut saya buat untuk Ibuda tercinta, berdasarkan pengalaman hidup saya sejak kecil yang dibesarkan oleh beliau, seorang perempuan tangguh dalam mengarungi kehidupan sepenuh cinta.
"Sunyi menjadi sumber penciptaan bagi saya dengan menggali berbagai makna sunyi itu sendiri. Bagi saya sunyi itu mempunyai esensi tersendiri tentang bagaimana saya mencari makna kehidupan," ungkapnya.
 "Sebagai perempuan, melalui sunyi saya menziarahi labirin diri saya sendiri. Sebab hari-hari terlalu riuh, terkadang penat, elah mendera setelah seharian jungkir balik menembus waktu, tenggelam olen rutinitas yang mau tidak mau telah mendikte hari-hari saya," tambahnya.
Ketika ada inpirasi datang, langsung tulislah. Agar ide itu tidak hilang. Semakin banyak membaca, akan semakin banyak inspirasi yang didapatkan untuk menulis puisi.
Dr. Mohamamd Kanzunnudin, M.Pd. selaku ketua HISKI Komisariat UMK menyatakan bahwa kegiatan Webinar Sastra ini diadakan untuk memperingati hari Ibu 22 Desember 2021. "Semoga narasumber bisa menularkan virus positif berkaitan dengan proses kreatif menulis puisi, khususya untuk perempuan dan kepada semua peserta," tuturnya.
"Saya mendukung acara ini. Semoga acara webinar ini sukses dan semakin jaya. Semoga peserta bisa memetik ilmu yang banyak  dari narasumber," harap Dr. Irfai Fathurohman, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PBSI Universitas Muria Kudus. (Ahsin/Red)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H