Mohon tunggu...
Abdulloh Sayid
Abdulloh Sayid Mohon Tunggu... -

Mengajar Bahasa Indonesia di MTs. Darul Ulum Purwodadi Pasuruan Jawa Timur. Suka menulis cerpen, puisi dan artikel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mantra Menghadapi Ujian Nasional

12 Desember 2014   16:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:27 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika tidak banyak berubah dari jadwal sebelumnya, Ujian Nasional akan dilaksanakan kisaran bulan April 2015. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pro dan kontra selalu terjadi mengenai wacana penghapusan ujian ini. Mereka yang pro dan kontra, saling mengedepankan argumentasi untuk mendukung pendapatnya. Tetapi, bagaimana pun bentuk pro dan kontra tersebut, Ujian Nasional harus tetap dilaksanakan. Dibutuhkan trik-trik manjur agar ujian ini sukses dijalani.

Semakin mendekati hari H pelaksanaan Ujian Nasional membuat sejumlah pihak, terutama guru dan kepala sekolah, semakin stress dan khawatir. Kekhawatiran ini cukup beralasan karena hasil Ujian Nasional, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, menjadi faktor penentu utama kelulusan peserta didik dari sebuah satuan pendidikan, disamping Nilai Sekolah. Mereka tentu tidak menginginkan, proses belajar yang sudah ditempuh siswa selama ratusan hari, akhirnya kandas oleh Ujian Nasional yang berlangsung hanya beberapa hari. Di sisi lain, kemampuan dan kompetensi siswa untuk menghadapi ujian ini masih jauh dari kata siap. Di beberapa sekolah, bahkan banyak guru yang mengeluhkan sikap murid mereka yang cenderung santai dan enjoy.

Selain persiapan dalam bentuk pendalaman materi, baik dengan les tambahan maupun try out-try out mandiri, kegiatan keagamaan diberbagai sekolah dan madrasah mendadak semarak untuk menyambut ritual sakral Ujian Nasional. Acara istighosah dan doa bersama digelar setiap hari untuk membuat jembatan penghubung tak kasat mata antara  semua pihak yang menginginkan kesuksesan ujian ini, dengan Sang Ilahi yang diharapkan memberi kemudahan saat ujian dilangsungkan. Ikhtiar dan doa diselaraskan demi suksesnya perhelatan akbar Ujian Nasional.

Mantra Menghadapi UN

Persiapan untuk menghadapi Ujian Nasional tidak hanya melulu masalah penguasaan materi terhadap mata pelajaran yang diujikan. Diperlukan aspek lain berupa motivasi agar siswa tetap memiliki semangat untuk meraih ujian sukses. Maka setidaknya ada 3 (tiga) ‘mantra’ ampuh untuk memompa semangat dan memberikan motivasi kepada para siswa.

Mantra pertama, man jadda wajada (Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka akan berhasil).

Kesungguhan menjadi kunci pertama kesuksesan seseorang. Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Thomas Alfa Edison misalnya, penemu lampu pijar yang kini mampu menerangi seantero dunia,  telah mengalami kegagalan sebanyak 10.083 kali sebelum akhirnya ia berhasil menemukan lampu pijar impiannya.  Tidak ada kata gagal dalam kamus Edison. Ia selalu mencoba dan mencoba untuk mencari jawaban dari apa yang belum dipahaminya. Suatu hari, karena didorong oleh rasa ingin tahunya yang besar, ia bahkan pernah mengerami telur ayam.

Begitu pula seorang siswa. Ketika ia belum memahami secara sempurna materi suatu pelajaran, dia akan terus berupaya mencari dan mencari. Bertanya kepada guru dan teman-temannya untuk bisa mengerti apa yang belum dipahaminya. Jika sudah mengerti, ia tidak berpuas diri dan merasa cukup tanpa melakukan eksplorasi lebih jauh tentang kemampuannya. Jika sungguh-sungguh telah diupayakan secara maksimal tetapi belum memperoleh hasil, maka mantra kedua harus diterapkan.

Mantra kedua, Man Shabara Zhafira (Barangsiapa yang sabar, maka dia akan beruntung)

Syarat menuntut ilmu menurut Sayyidina Ali r.a., sebagaimana termaktub dalam kitab Ta’lim Muta’alim karangan Syekh Az-Zarnuji, ada 6 macam. Satu diantara enam syarat itu adalah Ishtibaarin (sabar). Kisah Ibnu Hajar Al-Asqolani , pengarang kitab Bulughul Marom, kiranya bisa dijadikan Ibrah (pelajaran).

Suatu ketika Ibnu Hajar menuntut ilmu kepada seorang guru selama bertahun-tahun, akan tetapi Ibnu Hajar belum mendapatkan sedikitpun ilmu dari sang guru tersebut, maka timbul dalam pikiran untuk kembali ke kampung halaman. Dalam perjalanan, tiba-tiba hujan, maka Ibnu Hajar mencari tempat berteduh. pada saat itu tak ada tempat berteduh kecuali goa di bawah kaki gunung. Maka beliau memutuskan untuk berteduh di goa tersebut, setelah sekian lama berteduh, beliau melihat batu yang sangat besar, padat, tertetesi air hujan sedikit demi sedikit. Dan ternyata batu tersebut bisa berlubang akibat hantaman tetesan air tersebut. Akhirnya beliau kembali kepada sang guru. Berkat ketekunan dan kesabarannya, belia mampu menghafal ribuan hadits dan kini menjadi salah satu ulama terkenal.

Mengandalkan kesungguhan tanpa mendampinginya dengan kesabaran akan menghasilkan keputus-asaan. Ibarat naik tangga, sebelum sampai puncak harus meniti anak tangganya satu persatu. Jika di anak tangga kedua atau ketiga terpeleset, maka harus diulangi lagi dari anak tangga pertama sampai berhasil. Kalau masih gagal lagi, sabar tentu menjadi penolongnya.

Siswa yang sudah berupaya keras memahami materi pelajaran yang belum ia mengerti, harus terus menerus berusaha sampai benar-benar menguasainya. Tak bosan-bosannya ia melatih dirinya dengan beragam soal dan mencari trik-trik baru untuk bisa menyelesaikan latihannya dengan waktu seminimal mungkin. Kamus yang dimilikinya hanya ada dua kosa kata. Mencoba dan sabar.

Mantra ketiga, Man Saara ala Darbi Washala (Barangsiapa yang berjalan di jalurnya pasti sampai)

Sebuah tujuan akan menuntun seseorang untuk mengambil berbagai langkah dan tindakan demi terwujudnya tujuan tersebut. Resiko sesulit apapun akan ia hadapi asalakan apa yang ingin ia raih dapat tercapai. Pengorbanan dalam bentuk fisik dan materi menjadi hal yang kecil bila dibandingkan dengan hasil dari tujuan yang akan ia dapatkan.

Siswa yang telah bersungguh-sungguh dalam mepersiapkan bekal menghadapi Ujian Nasional, telah bersabar selama berbulan-bulan dengan mengorbankan seluruh waktunya untuk ujian ini, perlu diyakinkan bahwa apa yang mereka lakukan akan mengantarkan mereka pada kesuksesan. Sementara bagi siswa yang ogah-ogahan, cenderung santai dan enjoy, juga perlu disadarkan bahwa sikap seperti itu akan menjerumuskan mereka sendiri pada juang kegagalan. Siapa yang menempuh jalan kesuksesan, dia akan sukses. Sedangkan siapa yang meniti jalan kegagagalan, dia akan menangis dan menyesal karena telah mengabaikan sedemikian banyak waktu dan membuang-buang kesempatan.

Implikasi Mantra UN

Menjadi salah satu faktor kelulusan siswa, mengharuskan Ujian Nasional perlu dipersiapkan secara matang. Persiapan ini memang dirasakan sangat berat terutama oleh guru-guru yang mengampu mata pelajaran yang dujikan. Tidak hanya guru, siswa pun dituntut secara ekstra untuk menyiapkan diri menghadapi ujian ini. Tenaga dan pikiran mereka ‘diperas’ selama berbulan-bulan agar mereka meraih kesuksesan ujian.

Namun sebenarnya yang perlu diingat, ujian ini hanyalah kerikil kecil yang harus dihadapi siswa selama ia menjadi pelajar di sebuah satuan pendidikan, sebelum akhirnya ia terjun di dalam kehidupan masyarakat yang riil. Pengalamanya selama menjadi pelajar, tentu akan menjadi guru terbaik ketika pengalaman itu memberi pengaruh dan mewarnai kehidupannya.

Persiapan menghadapi Ujian Nasional adalah kawah condrodimuko (tempat penggemblengan) bagi siswa untuk bekal dirinya menyongsong tantangan demi tantangan di kehidupannya yang akan datang. Tak ada sukses yang bisa diraih tanpa kesungguhan dan keseriusan. Dan Mantra-mantra itu akan menjadi jimat sakti yang akan selalu dibawa di manapun mereka berada. Mereka akan menjelma menjadi pekerja-pekerja keras layaknya Thomas Alfa Edison yang tidak mengenal gagal. Dan akan menjadi orang-orang yang ulet, tekun, dan sabar sehingga menjadi orang-orang besar seperti Ibnu Hajar. Selalu ada hal positif jika kita berpikir positif.

(artikel ini pernah dimuat di Radar Bromo Jawa Pos Tahun 2013 dengan sedikit pengubahan. Semoga isinya masih relevan dan bermanfaa bagi anak didik kita)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun