Mohon tunggu...
Dina Ahsanta Puri
Dina Ahsanta Puri Mohon Tunggu... Guru - Your story teller

Menyukai kehidupan yang damai dan sedikit lucu. Dulu sempat bercita-cita jadi atlet badminton oleh karenanya gemar menulis. Mengimani filsafat lingkaran; kebaikan melingkar, keburukan melingkar.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Event Lomba Menulis yang "Mubah"

21 Maret 2023   13:57 Diperbarui: 21 Maret 2023   14:17 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sering kali teman-teman bertanya bagaimana cara menembus media A,B,C,D? Boleh minta kontaknya?

Lha, dikira produk tulisan yang dimuat itu by request? No, no, semua bersaing di dapur redaksi. Persaingan yang menurut saya lebih menantang sebab kita perlu benar-benar mempelajari tipe tulisan, bobotnya, serta update materi dengan terus membaca.  Kalau mau by request tentu S&K berlaku, seperti pemuatan berita, tentu ada harganya.

Beberapa kawan juga kadang mengirimi brosur lomba menulis bersifat "marketing". Tentu saya tidak serta merta menjelaskan apa yang saya pahami atau menolak mentah-mentah. Saya hanya menjawab, terima kasih.

Umumnya, mereka yang mengirimi informasi tersebut awam terhadap event demikian dan berniat baik mendukung diri kita. Jadi, sudah sepatutnya mengapresiasi dengan cara berterima kasih. Kecuali memaksa terus-terusan, kita bisa memberi pengertian mengapa tidak tertarik dengan event demikian.

Iya saya menyebutnya "marketing lomba nulis". Biasanya target mereka adalah penulis pemula yang belum paham soal lomba-lomba menulis. Dengan embel-embel biaya pendaftaran Rp.10.000 dan hadiah Rp. 250.000 dan diajak membuat antologi bersama.

Selain penulis pemula sasaran mereka ialah penulis yang ingin secara instan menerbitkan buku. Padahal dalam menerbitkan sebuah buku yang berkualitas tentu membutuhkan sebuah proses. Mereka selalu mengiming-imingi bimbingan menulis dengan menawarkan paket penerbitan yang mana ujungnya bukunya dibeli sendiri.

Menurut saya jika nekad dan terus-terusan mengikuti event macam seperti ini sangat "mubah". Kemampuan menulis jadi tumpul. Karena menurut pengamatan saya, lomba macam ini seleksinya tidak ketat. Bisa menerima naskah sebanyak-banyaknya ya karena tujuan mereka untung sebanyak banyaknya. Mereka tidak memiliki standar yang jelas. Bandingkan dengan lomba tidak berbayar, tapi melalui seleksi ketat kita bisa menilai dari kulitas tulisannya. Atau tetap berbayar

Lantas harus bagaimana?

Mustahil menulis jika tidak banyak baca. Ya memang ada yang memiliki 'bakat alam' memiliki keterampilan dalam memilih kata, tapi pemilihan kata/diksi yang baik tidak akan berkembang jika tidak mengembangkan wawasan, pengetahuan, yang bisa didapat dari membaca. Membaca pun bisa bebal jika tidak membuka diri dalam forum diskusi. Cari peluang lain yang jelas dan kredibilitasnya baik.

Jika suka menulis opini, esai, cerpen, puisi, resensi bisa mengamati media masa yang akan dibidik dan jangan putus asa jika lama tidak dimuat atau justru tertolak. Jika ingin membuat sebuah buku sama seperti media masa, tentukan penerbit yang ingin kita bidik juga. Kalau ingin masuk penerbit mayor, cari tahu lebih dala, tentang S&Knya.

Jadi pada intinya, teruslah haus akan ilmu. Nikmati prosesnya. Sesuatu yang didapat dengan cara instan, maka mudah sirna dengan cara instan pula. Mie instan jika dikonsumi berkepanjangan juga tidak menyehatkan. Cinta yang terlalu cepat tumbuh juga kadang mudah terlupakan hikss.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun