Mohon tunggu...
Ahsanil Kholiqin
Ahsanil Kholiqin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kang Licin

Menulis sebagai jalan hidup karena tulisanlah yang akan kekal abadi meski raga sudah tidak bernyawa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku Filsafat Ilmu Karya Dr. H.M. Zainuddin, MA

8 Maret 2020   19:52 Diperbarui: 8 Maret 2020   19:44 2234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampul buku, kredit penerbit: Lintas Pustaka

Judul buku                  : Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam
Penulis                         : Drs. M. Zainuddin, MA.
Penerbit                       : Lintas Pustaka
Tahun Terbit              : 2006
Jumlah Halaman       :167 halaman

Buku ini merupakan salah satu buku karangan Drs. M. Zainuddin, MA. yang merupakan salah seorang dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Beliau merupakan salah satu guru besar (professor) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.Menurut penulis, manusia merupakan makhluk mukallaf yang mempunyai kewajiban tanggung jawab. Manusia juga merupakan bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir disebut dengan al-kain al-natiq "makhluk yang berbicara" dan "makhluk yang memiliki nilai luhur". Oleh karena itu, tidak heran jika terdapat orang yang mengatakan bahwa manusia adalah pencipta kedua setelah Tuhan.

Al-Qur'an dan hadits sarat dengan nilai- nilai dan konsep untuk memberikan tuntunan hidup manusia, begitu juga mengenai petunjuk ilmu pengetahuan. Jika manusia menggali isi kandungan Al-Qur'an, niscaya banyak ditemukan beberapa persoalan yang berkaitan dengan ilmu. Apalagi dalam konsep islam terdapat kredo yang menegaskan bahwa menuntut ilmu itu wajib, ibadah dan berdosa ketika meninggalkannya. Kredo demikian begitu tertanam dalam jiwa orang-orang beriman, sehingga mereka mempunyai etos belajar tinggi dan penuh harap terhadap janji Tuhannya.

Bagi seorang muslim, pengetahuan bukan merupakan tindakan atau pikiran yang terpencil dan abstrak, melainkan merupakan bagian yang paling dasar dari kemajuan dan pandangan dunia nya (world-view). Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika ilmu memiliki arti yang demikian penting bagi kaum musliminpada masa awalnya, sehingga tidak terhitung banyaknya pemikir muslim yang larut dalam upaya mengungkap konsep ini.

Konseptualisasi ilmu yang mereka lakukan mungkin paling nyata. Nampak dalam upaya mendefinisikan ilmu yang tiada habis-habisnya, dengan kepercayaan bahwa ilmu tidak lebih dari perwujudan "memahami tanda-tanda kekuasaan Tuhan", seperti juga membangun sebuah peradaban yang membutuhkan suatau pencarian pengetahuan yang komprehensif. Sebagaimana kata Rosentall, sebuah peradaban Muslim tanpa hal itu tak akan terbayangkan oleh orang-orang Muslim abad pertengahan sendiri, lebih-lebih pada masa sebelumnya (Ahmad Anees, 1991:73).

Kemajuan ilmu pengetahuan bermula dari usaha khalifah Harun Al-Rasyid untuk menerjemahkan karya-karya ilmuwan Yunani ke dalam bahasa Arab dan mencapai puncakmya pada masa khlaifah Al-Ma'mun. Karya yang pertama kali diterjemahkan berkaitan dengan kedokteran dan filsafat. Banyak sejarawan ilmu (science historian) yang menyebutkan peradaban Islam sebagai "peradaban ilmu". Tidak ada bidang ilmu pengetahuan yang tidak memiliki figur tokoh muslim. Bahkan, banyak cabang ilmu yang diciptakan oleh cendekiawan muslim.

Zaman Yunani kuno berlangsung kira-kira dari abad ke-6 SM hingga awal abad pertengahan, yaitu antara kurun waktu 600 tahun SM hingga tahun 200 SM. Zaman ini dianggap sebagai cikal bakal filsafat yang ada sekarang. Zaman ini juga melahirkan pakar-pakar filsafat yang berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya, seperti Thales (625-545 SM), Anaximandros (610-540 SM), Anaximanes (538-480 SM), Pythagoras (580-500 SM), Xenophanes (570-480 SM), Herasklistos (540-475 SM), dst.

Selanjutnya dijelaskan tentang filsafat ilmu dan perkembangannya. Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terikat dengan tradisi, dogma agama) untuk memperoleh kebenaran. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, Philos yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom).

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan, demikian pula seni dan agama. Jadi dalam pengetahuan tercakup didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai ilmu pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-cir mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-acara untuk memperoleh pengetahuan tersebut (Beerling, et al., 1988:1-4). Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi, yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga mengenai logika dan metodologi.

Kemudian dijelaskan bahwa dalam merespon sains modern, ilmuwan muslim memiliki perspektif yang berbebda-beda: Pertama, kelompok yang menganggap bahwa sains modern bersifat universal dan netral dan semua sains tersebut dapat diketemukan dalam Al-Qur'an. Kedua, kelompok yang berusaha memunculkan persemakmuran sains di negara-negara Islam.

Ketiga, kelompok yang ingin membangun paradigma baru (epistimologi islam), yaitu paradigma pengetahuan dan paradigma prilaku. Pemikiran islam ada dua puluh, khususnya setelah Seminar Internasional Pendidikan Islam di Makkah pada tahun 1977, mengklarifikasikan ilmu dalam dua kategori : Ilmu abadi (perennial knowledge) yang berdasar kepada wahyu Ilahi yang tertera dalam Al-Quran dan hadits serta segala yang dapat diambil dari keduanya.

Ilmu yang dicari (inquired knowledge) termasuk sains kealaman dan terapannya (teknologi) yang dapat berkembang secara kualitif. Menurut Al-Qardhawi, bahwa menurut islam cakupan ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu menurut pandangan Barat modern yang eksperimental saja tetapi meliputi :

1. Aspek metafisika yang dibawa oleh wahyu yang mengungkapkan sesuatu yang disebut realitas agung (haqaiq kubra)

2. Aspek humaniora dan studi-studi yang berkaitan dengannya yang meliputi pembahasan mengenai kehidupan manusia, hubungannya dengan       dimensu ruang dan waktu, psikologi, sosiologi, ekonomi politik dan seterusnya.

3. Aspek material yang bertebaran di jagat raya, atau ilmu yang dibangun berdasarkan observasi dan eksperimen, yaitu dengan uji coba laboratorium.

Dalam menarik kesimpulan ilmiah apapun, eksperimen membutuhkan aplikasi kaidah-kaidah rasional, yakni penarikan kesimpulan ini akan dapat berlangsung jika didasarkan pada pengetahuan primer, rasio.

Selanjutnya dijelaskan bahwa ketika bangsa Arab menaklukan negeri-negeri di Asia Barat dan Timur Tengah, mereka tidak mengganggu urusan bahasa dan kebudayaan bangsa yang mereka taklukan. Hampir semua sejarawan sepakat bahwa umat islam memiliki peran besar dalam memberikan kontribusinya terhadap dunia barat/Eropa pada abad pertengahan, baik dalam bidang sosbud atau ilmu pengetahuan. Jika orang Yunani adalah bapak filsafat, maka orang muslim adalah bapak angkatnya (H.G Wells). Saat ini, kita tidak dapat mengelak bahwa umat Islam sekarang jauh tertinggal oleh dunia Barat di bidang saintek. Banyak ahli membuktikan bahwa kemunduran islam dikarenakan dua faktor, eksternal dan internal.

Faktor eksternalnya yaitu karena kekalahan umat islam dalam perang salib, dan adanya serangan yang sangat dahsyat dari tentara Mongol. Adapun faktor internalnya yaitu semakin memudarnya tali persaudaraan umat islam dan munculny fanatisme golongan.

Islamisasi ilmu pengetahuan kini diperlukan, karenanya Al-faruqi merumuskan langkah-langkah dalam mengislamisasikan ilmu pengetahuan, yaitu : penguasaan disiplin ilmu modern, survei disiplin ilmu, penguasaan khazanah islam, penguasaan khazanah ilmiah islam tahap analisa, penentuan relevansi islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu, analisa kritis terhadap disiplin ilmu modern, analisis kritis terhadap khazanah islam, survei permasalahan yang dihadapi umat islam, survei masalah-masalah kemanusiaan secara umum, analisis dan sintesis kreatif, menyusun kembali disiplin ilmu modern kedalam kerangka islam, dan menyebarkan ilmu-ilmu yang telah diislamisasi.

Pada era modern dan globalisasi ini, kita perlu mengembangkan ilmu agama islam pada wilayah praksis, supaya ilmu-ilmu agama islam mampu memberikan kontribusi yang palimg berharga bagi kepentingan kemanusiaan sebagaimana yang telah dilakukan para ilmuwan-iluwan muslim pada zaman dahulu.

Buku ini memiliki pembahasan yang kompleks mengenai filsafat ilmu dalam perspektif islam. Terdapat banyak pendapat dan pemikiran ilmuwan muslim mengenai filsafat ilmu, dan bagaimana cara islam menanggapi filsafat ilmu. Namun, kekurangan dari buku ini adalah masih seringnya terdapat kesalahan dalam penulisan atau sering disebut typo, dan juga terdapat kalimat yang pemakaiannya terlalu berbelit-belit sehingga membingungkan pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun