Oleh: Ahsani F Rahman
Selama lebih dari dua puluh tahun, Mbah Sadiman mendedikasikan dirinya untuk menghijaukan kembali ratusan hektar lahan perbukitan di lereng Gunung Lawu, Wonogiri, Jawa Tengah, yang membuat ekosistem hutan kembali pulih dan membawa kebermanfaatan bagi banyak warga sekitar.
Perbukitan di sisi Lereng Gunung Lawu, Wonogiri, Jawa Tengah dahulu dikenal akan tanahnya yang kering dan tandus. Namun lahan tersebut telah berubah hijau, bahkan mampu menyediakan sumber air melimpah bagi warganya.Â
Di balik cerita tersebut, ada sosok Mbah Sadiman yang berkontribusi selama puluhan tahun menghijaukan lahan gersang di desanya tersebut.
Mbah Sadiman merupakan seorang petani yang tinggal di Dusun Dali, Desa Geneng, Bulukerto, Wonogiri, Jawa Tengah. Selain menggarap lahan pertanian, ia juga biasa menjual rumput untuk pakan ternak ke pasar.Â
Meski sudah berusia 67 tahun fisiknya tampak masih bugar dan semangatnya tak kalah dengan anak muda.Â
Ya, selama lebih dari 20 tahun Mbah Sadiman dengan gigih terjun ke hutan melakukan penghijauan atau reboisasi di area perbukitan tandus, wilayah Bukit Gendol dan Bukit Ampyangan yang merupakan lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah. Di mana ketika kemarau tiba terjadi kekeringan, dan ketika musim penghujan kerap terjadi banjir karena tak ada tanaman pengikat air.
Aksi penghijauan tersebut berangkat atas keprihatinan Mbah Sadiman terhadap lahan di desanya yang telah berubah jauh dengan sewaktu masa kecilnya yang asri dan tersedianya sumber pasokan air yang melimpah.
Namun kerusakan akibat penebangan hingga kebakaran hutan membuat kondisi hutan di kedua bukit itu lambat laun menjadi gundul dan sumber pasokan air kian menipis. Meski kemudian area milik Perhutani tersebut telah ditanami pohon pinus, namun hal tersebut tak mampu membalikkan keadaan.Â
Ia pun lantas mengambil inisiatif untuk menanam pohon-pohon pengikat air di area lahan hutan seluas lebih dari 200 hektar tersebut setelah mengantongi izin. Mbah Sadiman memilih untuk menanam pohon beringin dan pohon ficus karena dapat menyimpan banyak air dan mencegah erosi.
Sejak tahun 1990-an Mbah Sadiman mulai menanami pohon di area tersebut dan melakukan semuanya sendiri secara sukarela, tanpa bayaran maupun imbalan.Â