Saking penasarannya Markasep menanyakan perihal peristiwa tadi. "gimana tadi kok ada Ibu datang kesini marah-marah, menuntut rumah ini agar menjadi miliknya." "Ibu itu adiknya Bapak." Terang wanita yang kini tengah mengandung. Dia termasuk adik sepupu Markasep. "aku semakin tahu permasalahannya, bahwa rumah ini dianggap menjadi miliknya, karena yang berhak menempati adalah adiknya suami Bibi Lim." Gumam Markasep dalam hati, sambil mengernyitkan dahi.
"Padahal dia udah haji lho, kaya, rumah, sawahnya juga banyak, ngajinya tiap hari, tapi masih saja belum rela kalo kami menempati rumah sepetak ini. Tanah samping ini juga sudah dikapling menjadi hak miliknya." Terang sepupu Markasep dengan mata berkaca-kaca. "kemarin dia berani memecahkan kaca depan rumah." "masya Allah sungguh dzalim dia." Kata Markasep lantang. "dia tak tahu hakekat dunia. sebentar lagi semua manusia pasti menempati ruang sempit, gelap, yang bisa menemaninya hanyalah amal shalihnya ketika di dunia. Apa yang diidam-idamkan di dunia ini semuanya akan ditinggal pergi menetap di bawah pohon semboja, sampai nanti sampai kiamat menghampiri."
Paesan, 5 Safar 1434 H
21 Desember 2012 M (9:46)
Ahmad Saifullah Ahsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H