Mohon tunggu...
ahriza azzahra
ahriza azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stunting di Indonesia Sebuah Tinjauan dari Perspektif Kesehatan dan Soaial

23 Agustus 2024   09:05 Diperbarui: 23 Agustus 2024   09:09 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting adalah masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian utama di Indonesia. Kondisi ini terjadi ketika pertumbuhan anak terganggu sehingga mereka memiliki tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan standar yang sesuai dengan usia mereka. Stunting bukan hanya soal fisik, tetapi juga mengungkap masalah mendasar terkait kesehatan, nutrisi, dan kondisi sosial ekonomi. Dalam konteks Indonesia, stunting menjadi salah satu indikator yang mencerminkan tantangan besar yang dihadapi bangsa ini, mulai dari kurangnya akses terhadap makanan bergizi hingga sanitasi yang tidak memadai.

Stunting memiliki dampak jangka panjang yang serius terhadap kesehatan dan perkembangan anak. Periode 1000 hari pertama kehidupan---dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun---merupakan fase kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi yang tidak mencukupi dan infeksi yang sering terjadi selama periode ini dapat menyebabkan stunting, yang pada akhirnya menghambat perkembangan fisik dan kognitif anak.

Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki perkembangan otak yang terganggu, yang dapat menurunkan kemampuan kognitif, pembelajaran, dan prestasi akademik. Dampak ini tidak hanya dirasakan pada masa anak-anak, tetapi juga berlanjut hingga dewasa. Orang dewasa yang mengalami stunting saat kecil lebih berisiko terkena penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung. Selain itu, produktivitas kerja mereka cenderung lebih rendah, yang kemudian berdampak pada pendapatan ekonomi mereka di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa stunting tidak hanya menjadi masalah kesehatan individu, tetapi juga menjadi isu sosial yang dapat mempengaruhi generasi mendatang serta ekonomi bangsa.

Di Indonesia, stunting dipicu oleh berbagai faktor yang saling terkait, termasuk kemiskinan, kurangnya akses terhadap makanan bergizi, serta kondisi sanitasi dan air bersih yang buruk. Nutrisi ibu yang kurang baik sebelum dan selama kehamilan juga menjadi faktor penting dalam peningkatan angka stunting. Selain itu, praktik pemberian makan yang tidak tepat pada bayi dan anak, seperti tidak diberikannya ASI eksklusif selama enam bulan pertama, semakin memperparah kondisi ini.

Kondisi sanitasi yang buruk juga memainkan peran besar dalam tingginya angka stunting di Indonesia. Banyak keluarga di daerah pedesaan maupun perkotaan yang miskin tidak memiliki akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak. Lingkungan yang kotor dan padat penduduk meningkatkan risiko infeksi yang dapat menghambat penyerapan nutrisi penting oleh tubuh anak, yang pada akhirnya menyebabkan stunting.

Kemiskinan menjadi akar dari berbagai masalah yang berkontribusi terhadap stunting. Keterbatasan ekonomi membuat banyak keluarga tidak mampu membeli makanan bergizi, mengakses layanan kesehatan yang memadai, atau menyediakan lingkungan yang bersih bagi anak-anak mereka. Akibatnya, anak-anak dari keluarga miskin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami stunting dibandingkan anak-anak dari keluarga yang lebih sejahtera.

Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan stunting sebagai salah satu prioritas nasional dalam bidang kesehatan. Berbagai program telah diluncurkan untuk menurunkan angka stunting, seperti program gizi ibu dan anak, peningkatan akses air bersih dan sanitasi, serta edukasi tentang pentingnya nutrisi dan praktik pemberian makan yang baik. Namun, upaya ini masih menghadapi sejumlah tantangan, termasuk kurangnya koordinasi antar sektor dan keterbatasan sumber daya di daerah-daerah terpencil.

Keberhasilan dalam penanganan stunting di Indonesia membutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan terpadu. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan kesehatan dan nutrisi ibu, baik sebelum maupun selama kehamilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat program kesehatan reproduksi dan memberikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang baik selama kehamilan.

Selain itu, praktik pemberian makan pada bayi dan anak perlu ditingkatkan. Pemerintah perlu terus mendorong kampanye ASI eksklusif dan memberikan panduan yang jelas mengenai makanan pendamping ASI yang tepat. Edukasi kepada ibu dan keluarga tentang pentingnya nutrisi selama masa pertumbuhan anak juga harus diperkuat.

Untuk mencapai keberhasilan dalam mengurangi angka stunting, pendekatan multisektoral sangat diperlukan. Stunting tidak bisa diatasi hanya dengan intervensi di bidang kesehatan saja; masalah ini melibatkan berbagai aspek kehidupan yang memerlukan keterlibatan berbagai sektor, termasuk pendidikan, lingkungan, ekonomi, dan infrastruktur. Sebagai contoh, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak harus menjadi bagian integral dari upaya penurunan angka stunting. Selain itu, perlu adanya kerjasama yang erat antara pemerintah pusat dan daerah, serta keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap program yang dijalankan.

Contoh keberhasilan pendekatan multisektoral dapat dilihat dari beberapa negara yang berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan. Misalnya, Brazil berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 37,1% pada tahun 1974 menjadi 7,1% pada tahun 2007 dengan mengimplementasikan program yang melibatkan berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial. Peru dan Bolivia juga menunjukkan keberhasilan serupa dengan pendekatan terpadu yang melibatkan pemerintah, LSM, dan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun