Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kala Iblis Menjadi Pahlawan Menurut Kiai Husein

17 Maret 2021   16:16 Diperbarui: 17 Maret 2021   16:19 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syeikh membisu. Iblis pamit tanpa bicara apa-apa. Ia sangat kecewa, tetapi juga tak mau menyerah. Niatnya sudah bulat untuk berubah menjadi baik dan berjanji tak akan lagi menjerumuskan manusia ke dalam dosa dan tak lagi jadi kambing hitam mereka yang kalah. Kalau Grand Syekh Azhar tidak bisa menjawab, maka tentu tak ada orang lain lagi yang bisa, pikir Iblis. Ia menganggap Grand Syeikh sama dengan Paus di Roma, pemimpin tertinggi umat Katolik itu.

Dengan secepat kilat Iblis kemudian melesat menerobos langit demi langit untuk menemui Malaikat Jibril. Ia meminta tolong kepadanya agar menyampaikan maksudnya kepada Tuhan. Maksud itu ialah keinginan kuat untuk bertaubat, berhenti mengganggu, dan menjerumuskan manusia untuk berbuat durhaka kepada Allah.

Mendengar permohonan Iblis itu, Jibril tertegun sejenak, lalu menjawab bahwa niat itu baik...

"Tetapi jika kamu bertobat dan jadi saleh, pilar-pilar langit akan runtuh, tak ada lagi warna-warni, tak lagi musim semi yang indah. Tak ada lagi makna kemuliaan, tak ada lagi makna kebenaran, tak ada lagi cahaya. Bahkan manusia tak dapat melihat cahaya Tuhan tanpa kehadiranmu di muka bumi ini. Adamu adalah niscaya sepanjang bumi masih membentang agar yang lain ada. Kebaikan dan kebenaran ada justeru karena adanya kamu. Cahaya ada, karena ada kegelapan, dan kegelapan itu adalah kamu. Keadilan ada karena ada kezaliman, dan kezaliman itu adalah kamu. Kalau kamu tak ada lagi, manusia tak lagi mau berjuang dan bumi berhenti berputar".

 Iblis menegaskan pernyataan Malaikat itu :

"Jadi keberadaanku adalah keniscayaan agar kebaikan menjadi eksis, ya?. Kalau begitu aku berjasa, bukan?. Lantas mengapa aku harus dikutuk dan dicaci-maki sepanjang ruang dan waktu kehidupan manusia?," kata Iblis dengan wajah memelas.

Jibril ingin memungkasi perdebatan dengan Iblis dengan mengatakan :

"Ya kamu selamanya harus terkutuk sampai kehidupan dunia berakhir. Jika kutukan kepadamu tidak ada lagi, maka dunia berakhir".

Iblis bersedih hati. Stress untuk beberapa saat. Lalu turun lagi ke bumi dengan langkah gontai, sambil berteriak-teriak keras kegirangan : "Inni Syahid", "Inni Syahid" , "Inni Syahid".(Hore Aku pahlawan, aku pahlawan, aku  pahlawan). Ya Martir, Pahlawan, meski "Syahid Mal'un", pahlawan terkutuk. Ia mengaku.

Bulan telah bertengger di tengah langit biru yang bening. Taufiq berdiri dan membiarkan air sungai Nil mengalir datar, tenang dan menagkap cahaya rembulan. Ia telah mengkhayal begitu jauh, berimajinasi tentang sesuatu yang tak mungkin. Abbas Mahmud Aqqad, temannya, bilang: "Inilah karya sastra yang terbaik yang aku ketahui. Taufik memang, genius dan sangat pantas memeroleh Nobel Sastra Dunia ".

Tetapi yang lain bilang: "Taufiq kerasukan Iblis (Talbis Iblis), dia melecehkan wibawa institusi keagamaan dan tokoh yang sangat dihormati", teriak banyak orang sambil mengacungkan pedang dengan wajah merah saga. "Darah Taufiq halal dialirkan ke sungai Nil ini atau dilemparkan dari puncak Piramida di Giza". 
Kala itu aku membisu sambil merenungkan kisah khayalan sastrawan besar dari Mesir itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun