Selain itu, apa lagi? Ya, dalam beberapa episode lanjutannya, Haji Husin juga kerap membantu orang-orang yang telantar di masjid tersebut. Ia mempekerjakan orang-orang yang mengalami kesulitan tersebut di sebuah toko kelontong yang ia kelola beserta anaknya, seorang perempuan cantik bernama Sabrina.
Di sini, jelas sekali pesannya bahwa masjid tidak hanya menjadi ruang ibadah mahdhah, mengaji, dan kegiatan ritual ibadah lainnya. Haji Husin menjadikan masjid sebagai tempat pemberdayaan yang memberdayakan orang dhuafa dan mengalami kesulitan. Meskipun kerap diselingi aksi-aksi kocak dan menyebalkan, keberadaan penjaga toko (yang diperankan Kibil dan Oppie Kumis) membuat warna dan menguatkan pesan cerita dalam film ini. Sekali lagi, ini cara yang sangat cerdas.
Menurut saya, itulah alasan kenapa film ini bisa bertahan sampai berjilid-jilid. Tidak membosankan, asik, dan mendidik.
Nah, gimana? Jadi kangen kan nonton film Lorong Waktu? Infoin ya, kira-kira di mana serial ini bisa ditonton lagi hehee. Terima kasih sudah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H