Mohon tunggu...
Ahmad Rosyid
Ahmad Rosyid Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di SMP swasta Blitar

Membaca dan menulis adalah cara terbaik menuangkan ekspresi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suwardi Suryaningrat: Sang Kolumnis

4 Juni 2022   22:43 Diperbarui: 4 Juni 2022   22:50 2993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menciptakan suatu gagasan dapat dilakukan dengan tulisan. Menuangkan berbagai pendapat dalam bentuk informasi massa. Media yang digunakan berupa majalah, koran maupun artikel.

Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara merupakan menteri pendidikan pertama. Namanya dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Bentuk perjuangannya yang sangat dikenang adalah mendirikan Taman Siswa.

Suwardi Suryaningrat terlahir dari keluarga keraton Yogyakarta. Ciri khas anak laki-laki keraton, nama depannya bergelar 'Raden Mas'. Tergolong dalam keluarga ningrat, memudahkan Suwardi Suryaningrat untuk menempuh pendidikan.

Berkat kegigihannya dalam belajar, Suwardi berkesempatan belajar di STOVIA (sekolah pendidikan dokter pribumi) di Batavia. Bahkan kesempatan belajar di STOVIA ini, Suwardi tidak dipungut biaya atau mendapat beasiswa. Namun, tidak sampai menyelesaikan pendidikan dikarenakan sakit.

Sembari belajar, suatu hal yang tidak kalah pentingnya ialah menjalin persahabatan. Suwardi memiliki dua sahabat dekat, Tjipto Mangunkusumo dan Ernest Douwes Dekker. Pertemuan mereka selalu membuka wawasan di setiap berdiskusi dalam persahabatan. Kedekatan Suwardi dengan sahabatnya inilah. Menyebabkan Suwardi banyak menulis akan kelangsungan bangsanya.

Suwardi yang aktif bekerja sebagai wartawan di De Express, Oetoesan Hindia, Poesara. Tulisan yang terkenal Suwardi di terbitkan oleh surat kabar De Express berjudul "Seandainya aku orang Belanda". Singkatnya, tulisan tersebut mengkritik kebijakan kerajaan Belanda. Dimana mengajak penduduk pribumi untuk merayakan hari kemerdekaan Belanda, sedangkan penduduk pribumi sendiri sedang dijajah oleh Belanda.

Pemerintah Hindia Belanda merespon tulisan dengan melakukan penangkapan. Suwardi dijatuhi hukuman, pengasingan ke pulau Bangka. Keputusan tersebut mendapat protes dari kedua sahabatnya. Tindakan protes inilah, kedua sahabatnya ikut diasingkan. Ketiganya diasingkan ke Belanda selama 6 tahun, dari tahun 1913 - 1919.

Sepulangnya dari Belanda, 2 tahun berikutnya mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Kegiatan menulis Suwardi tidak pernah berhenti. Suwardi pun mulai menulis mengenai pendidikan. Hal ini, beriringan dengan gagasan pendidikan yang dilakukannya.

Dimana orang yang secara tetap menulis artikel  dalam surat kabar maupun majalah dikenal dengan kolumnis.(KBBI)

Tulisan mengenai pendidikan oleh Suwardi ini disusun menjadi buku oleh Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa dalam dua bagian. Bagian pertama mengenai pendidikan dan bagian kedua mengenai kebudayaan.

Bagian pertama inilah menjabarkan secara terperinci pendidikan yang dikerjakan oleh Ki Hadjar Dewantara. Secara garis besar, menggambarkan akan pendidikan yang merdeka berlandaskan kebudayaan. Itulah semangat pendidikan yang ingin diwariskan Ki Hadjar Dewantara kepada para guru.

Akan menarik, jika hal ini ditarik pada masa sekarang. Apakah, para guru mengetahui buku tersebut?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun