Mohon tunggu...
Ahmed Rumalutur
Ahmed Rumalutur Mohon Tunggu... -

Penikmat nihilisme, metafisika Schopenhauer dan musik Wagner!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dula Panat, Industri Gula Aren dan Framing Politik

26 Agustus 2017   13:29 Diperbarui: 26 Agustus 2017   16:17 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khalayak Maluku, terutama para kuli tinta dan aktivis media sosial ramai mendiskusikan ide pengolahan perkebunan yang muncul dari mulut bakal calon wakil Gubernur Maluku, Dula Panats, beberapa hari lalu. Sebelumnya, kepada beberapa media lokal, Dula Panats bilang dirinya akan mengubah industri sopi menjadi gula organik, mengembangkan perkebunan pala serta memekarkan daerah-daerah otonom baru untuk rakyat Maluku. Sekilas ide ini terdengar obsessed banget, lebih-lebih ketika para tim politiknya men-share wacana tersebut via jagat medsos. Respons positif pun muncul dengan satu akronim: Hebat.. Hebat.. Hebat..    

Terus terang saja, saya menyesalkan orang-orang (kaum pelajar) yang tanpa tedeng aling-aling menyatakan "sepakat, maju, hebat, hidup" dll, tanpa menelusuri atau paling banter melakukan riset kecil-kecilan via tete google dengan pertanyaan mendasar, apakah masuk akal gagasan Dula Panats ini? Terutama arus media yang muncul tanpa analisis mendalam (depth reporting) serta pemberitaan yang tidak cover both side. Sekali lagi saya sangat menyesalkan itu!! Tampaknya, kehidupan intelektual kita masih nihil. Fak!!

Menurut saya, media dan linimasa (pesbuk) seperti membentuk satu framing, yakni ide Dula Panats sangat brilian dan reasonable, karena memberantas penyebaran minuman memabukan (sopi), sekaligus mengolahnya menjadi produk bernilai jual tinggi (baca: Arenga Saccharifera/Pohon Aren). Its okey, that's a good idea! But, do you know, where the problem is? Dimanakah letak kekurangan ide Dula Panats? Sanggupkah dia melakukan itu? Apakah ini statement politis belaka? Ini pertanyaan mendasar yang harus kita kemukakan, seperti halnya anggota HMI menggugat eksistensi Tuhan atau kritisisme ANARKO terhadap negara sebagai rezim penindas. Bukan begitu?

Sebelum saya masuk pada inti dari tulisan ini, mari sedikit menelisik upaya yang dilakukan oleh tim politik Dula Panats terkait statement Gubernur Maluku: "Biar Miskin Asal Bahagia". Dari sekian banyak pertemanan saya di pesbuk dengan teman-teman sekampung (Geser), saya melihat ada upaya blow up isu yang dimainkan oleh pendukung Dula Panats untuk mengarahkan statement Gubernur Maluku menjadi sebuah public opinion. Dalam konteks teori komunikasi politik, menurut saya, tim politik Dula Panats cukup lihai memainkan peran politik mereka, yakni membentuk sebuah kesadaran publik melalui politisasi pernyataan "Biar Miskin Asal Bahagia". 

Berdasarkan pengamatan saya, ini upaya-upaya yang masih dilakukan hingga saat ini dan tampaknya akan terus berjalan sebagai logika difensif dalam percaturan politik lokal. Tapi seberapa hebat agenda politiknya, apakah intrik-intrik politik ini bisa mendorong pencitraan politik Dula Panats? Atau justru malapetaka politik? Kita belum tahu, waktu masih panjang, rakyatlah yang punya kuasa!

Terlepas dari problem di atas, saya ingin kembali pada ide Dula Panats mengenai gula aren. Panats, seperti ditulis oleh media-media lokal ingin membangun kembali kejayaan rakyat Maluku melalui pengolahan perkebunan secara efesien, bahkan dalam sebuah status pesbuk yang berlebihan dijelaskan, nantinya hasil-hasil produk ini akan diekspor ke pasar internasional, karena tren komsumsi gula tebu mulai ditinggalkan konsumen Eropa. Ini ada benarnya, politik kolonialisme telah menggiring kita untuk mengubah kebiasaan ini sejak muncul permintaan gula tebu dengan skala besar yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial. Tampaknya, selain punya ambisi politik, Panats juga memiliki ambisi ekonomi.  

Tapi persoalaannya adalah: pertama, saya tidak paham apakah maksud dari Dula Panats itu akan membangun industri gula aren berskala besar atau rumahan, jikalau target Panats bertujuan untuk memperlebar akses lapangan pekerjaan, dengan maksud mengurangi tingkat unemployment, tentu akan lebih baik jika Panats membangun industri berskala besar dengan minimal serapan jumlah pekerja sebanyak 100 orang. Tapi sebaliknya, jika Panats ingin membangun industri gula aren berskala kecil (rumahan), tentu pertanyaan yang muncul adalah seberapa signifikan efek ekonomi yang ditimbulkan untuk menekan angka pengangguran di Maluku? Selain Panats tidak menjelaskan hal-hal teknis seperti ini, Panats juga tidak menjelaskan bagaimana skema pendanaan industri gula aren. Apakah hajatan ini akan mengandalkan investor atau APBD? Ini polemik tersendiri!

Tak hanya sampai di situ, Panats pun harus menjelaskan bagaimana strategi pemasaran yang akan ditempuh nanti, jika proyek ini serius digarap. Seperti kita ketahui, persaingan industri gula aren di Indonesia cukup ketat dengan sejumlah produsen/pemain lama yang tersebar di beberapa kota Indonesia, seperti Sulawesi, Sumatera, Banten dll. Menurut saya, butuh marketer yang handal untuk menopang gagasan ini, dan itu bukan perkara mudah. Selanjutnya, jika Panats berniat melakukan ekpansi pasar internasional, ada beberapa poin yang harus ditempuh sebagai syarat uji kelayakan produk (baca: sertifikasi pangan organik internasional). Untuk mendapatkan sertifikasi ini tidak gampang, biaya perpanjangan sertifikasi per tahun pun mahal, bisa mencapai jutaan rupiah.

Oleh sebab itu, sekelumit masalah di atas butuh penjelasan detail dari Dula Panats atau tim-tim politiknya, so, bukan sekedar hura-hura politik linimasa. Jangan sampai ambisi ekonomi Dula Panats sekedar dunia isapan jempol belaka atau sekedar bahasa politis semata, --maklum sebentar lagi musim politik segara tiba. Marilah anak muda bersatu, berpolitik sopan, bijak dan mencerdaskan! 

Hidup Rakjat Maluku!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun