[caption id="attachment_232856" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi/ Admin (kompas.com)"][/caption] Benar setidaknya dalam satu tahun ada empat kali, Pemprov Jakarta menyelenggarakan pesta rakyat benama Jakarta Night Festival. Tidak hanya pada malam tahun baru, tetapi juga berlakukan pesta rakyat pada malam ulang tahun Jakarta, malam hari Kemerdekaan, serta malam Takbiran. Selain mencontoh perilaku Ali Sadikin, Â beriku beberapa alasan mengapa perlu diadakannya empat kali pesta rakyat.
Jalan raya milik publik
Ya benar bukan hanya milik sejumlah orang yang punya kendaraan pribadi saja, tetapi jalan sepanjang Sudirman-Thamrin juga milik umum. Milik umum dalam arti kesempatan menikmati suasana malam di pusat Jakarta tidak hanya milik kelas menengah ke atas namun juga semua orang. Hal ini sejalan dengan alasan, jalan raya dibangun dari pajak rakyat bukan dari sebagian orang kaya saja.
Pesta rakyat bukan pemborosan
Semalam (ketika pergantian tahun baru) di media sosial FB dan Twitter, banyak ucapan menyambut tahun baru. Nah selain mengalirnya ucapan itu, juga di dua media sosial tersebut ada sejumlah sumpah serapah kepada sejumlah orang yang sedang melakukan pesta rakyat seperti perilaku membakar kembang api serta perilaku "boros" lainnya pada waktu malam pergantian tahun baru. Tanda kutip pada kata "boros" menunjukkan, masih ada perdebatan benarkah pada malam tahun baru di Jakarta Night Festival terjadi pemborosan.
Sebenarnya siapa seh yang melakukan sumpah serapah itu? Bisa dipastikan sebagian besar yang melakuan sumpah serapa itu lagi-lagi datang dari kelas menengah ke atas. Alasannya, mereka kelas menengah mampu mengakses internet. Tapi sayang sebagian besar kelas menengah lupa, mereka juga bergaya hidup boros pada waktu bermacet-macet ria dengan sejumlah kendaraan pribadinya di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin. Ya boros BBM bersubsidi (yang seharusnya uang subsidi tersebut dinikmati rakyat kecil). Apalagi kalau ada event "shopping night festival" di sejumlah Mall Jakarta, mereka tambah kalap dan rela mengeluarkan uang pemborosan demi harga diskon. Perilaku mereka kelas menengah yang boros BBM bersubsidi dan belanja ini sejalan dengan logika bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didominasi perilaku konsumtif.
Nah jadi alasan "rakyat kecil" melakukan pemborosan di pesta rakyat malam tahun baru, tidak tepat. Selain paparan-paparan di atas, alasannya "rakyat kecil" di Jakarta juga butuh hiburan yang bersifat festival sekaligus karnaval. Ya setelah bekerja memenuhi berbagai kewajiban "melayani" kelas menengah, mereka "rakyat kecil" juga berhak melepas lelah secara bersamaan di pesta rakyat Jakarta.
Malah Pemprov DKI setidaknya beresolusi bahwa di tahun 2013 ini akan ada tiga lagi Jakarta Night Festival agar "rakyat kecil" bisa mendapatkan hiburan yang gratis, meriah, dan bersifat karnaval. Kapan lagi warga Jakarta pada umumnya, melepas lelah dari jeratan kepenatan ibukota selain di Jakarta Jakarta Night Festival?
Cuma memang Pemprov DKI, harus bisa mengemas ulang agar event Jakarta Night Festival, bebas dari sampah dan bebas dari perilaku kejahatan. Selain itu tentunya kemasan masing-masing acara Jakarta Night Festival di empat malam event besar, memang harus dibuat berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H